Sampaikan Pesan Damai, Jateng Tolak Kerusuhan dan Kekerasan

  • 27 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

SURAKARTA – Seluruh elemen TNI, Polri dan masyarakat kompak menyampaikan pesan damai dari Jateng untuk Indonesia. Pesan itu disampaikan melalui acara “Doa untuk Negeri dan Silaturahmi TNI-Polri dengan Masyarakat” di sepanjang Jalan Adi Sucipto, Surakarta, Rabu (26/6/2019) sore.

Kapolda Jawa Tengah Rycko Amelza Dahniel menjelaskan, acara tersebut digelar sebagai wujud kecintaan masyarakat Indonesia terhadap Tanah Air, memupuk rasa kebangsaan dan teguh menjaga komitmen mempertahankan keutuhan NKRI.

“Kita tidak ingin negara kita terpecah belah, saling bermusuhan dan menghancurkan. Kita datang ke sini sebagai bentuk kecintaan kita terhadap negeri, pemimpin, bangsa, dan warga kita. Kita ingin berdoa dan berbuat sesuatu untuk memperkuat persatuan dan kesatuan negeri ini, memperkuat kohesi sosial seluruh masyarakat negeri,” ujarnya.

Rycko menambahkan, melalui acara tersebut, TNI/Polri bersama pemerintah dan masyarakat Solo Raya yang hadir ingin menyampaikan pesan damai kepada seluruh penjuru Tanah Air untuk menolak segala bentuk kerusuhan dan kekerasan karena masyarakat Indonesia hidup berdampingan secara harmonis di tengah kemajemukan.

“Dari Surakarta, kami ingin menyampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia sebuah pesan damai. Tolak kerusuhan, Jawa Tengah damai, Indonesia damai, Indonesia tanpa kekerasan,” tegasnya diikuti seruan dari ribuan hadirin.

Plh Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) yang turut hadir bersama Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi menjelaskan, masyarakat Jateng dikenal guyub rukun dan sangat toleran. Perbedaan sikap politik pada penyelenggaraan pesta demokrasi lalu mampu disikapi secara dewasa, sehingga masyarakat tidak terpecah-belah.

“Pemilu itu sudah sejak lama dilakukan. Di Jawa Tengah kita mendapatkan apresiasi karena masyarakatnya guyub, adem ayem, senang dan damai serta menolak kekerasan dan intoleransi,” jelasnya.

Gus Yasin mencontohkan, masyarakat di berbagai penjuru Jateng hidup secara berdampingan secara harmonis meskipun berasal dari suku yang beragam. “Di kawasan Kota Lama Semarang juga ada masyarakat Arab, Tionghoa, Jawa duduk bersama. Ini kita terus kedepankan. Selain itu, juga ada Kota Salatiga sebagai Kota toleransi,” paparnya.

Sementara, Ulama kharismatik KH Ahmad Muwafiq yang juga turut hadir berpendapat, acara tersebut meneguhkan realitas bahwa meskipun masyarakat Indonesia begitu majemuk, namun senantiasa hidup berdampingan secara harmonis. Persatuan dan kesatuan negeri dengan masyarakat yang beragam menjadi kekayaan bangsa ini.

“Bangsa Arab ditakdirkan satu bangsa, tapi bangsa Arab memilih terpisah dalam puluhan negara. Kita dilahirkan berbangsa-bangsa, bersuku-suku, lebih memilih bersatu dalam satu NKRI. Pada masa lalu kita sudah diajarkan untuk bersatu dalam perbedaan karena nenek moyang kita mengajarkan bhinneka tunggal ika,” jelasnya.

Gus Muwafiq, sapaan akrabnya, menegaskan, keutuhan NKRI mesti terus dijaga. Terrlebih saat ini tantangan yang dihadapi oleh Indonesia semakin besar. Masyarakat yang semula normatif kini beralih menjadi masyarakat milenial yang begitu akrab dengan penggunaan teknologi dan dunia maya. Masyarakat pun ditantang untuk mampu melawan berita bohong (hoaks).

“Sampah peradaban baru yang kita rasakan hari ini dan paling kita rasakan adalah hoaks. Hingga suatu ketika masyarakat mampu merasakan dan membedakan mana hoaks, mana yang benar,” ujarnya. (Ar, Humas Jateng)

Berita Terkait