Rumah Atsiri Indonesia, Hidupkan Kembali Pabrik Minyak Wangi Bung Karno

  • 13 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

KARANGANYAR – Seratus tanaman beraroma wangi ditanam berjajar di Rumah Atsiri di Desa Plumbon Kecamatan Tawangmangu Karanganyar. Objek eduwisata yang berada di kaki Gunung Lawu ini berdiri di bekas pabrik minyak wangi yang diinisiasi Presiden Soekarno pada 1963.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang sedang melakukan kunjungan kerja di Karanganyar, Rabu (12/2/2020), tiba di Rumah Atsiri sekitar pukul 14.15 WIB. Gerimis yang mengguyur dan disertai angin lembut di daerah kaki Gunung Lawu itu membuat Ganjar tergesa turun dari dari mobil. Namun baru berjalan beberapa meter dari mobil, Ganjar tiba-tiba berhenti sambil mengendus-endus.

“Ini aroma Rosemary, Pak. Dari sekian banyak tanaman atsiri, Rosemary yang beraroma paling kuat. Ini aromanya semakin kenceng kalau digoyang-goyangkan,” kata Natasha Clairina, Direktur Rumah Atsiri Indonesia, saat menyambut Ganjar.

Atsiri merupakan minyak hasil penyulingan dari tanaman yang menghasilkan aroma khas. Minyak atsiri dapat ditemukan di kulit, buah, bunga, daun, getah, rimpang, akar, biji, bahkan di batang tanaman.

Berbagai jenis tanaman yang mengeluarkan aroma khas tersebut ada di Rumah Atsiri Indonesia. Terbagi dalam 5 gedung, meliputi museum, greenhouse, toko, area produksi dan lobi, seluruh bangunan itu dikembangkan menjadi objek wisata unggulan di Tawangmangu dengan tetap mempertahankan keaslian bangunan.

Ganjar yang memasuki satu persatu gedung itupun dibuat terkesima, terutama ketika memasuki greenhouse dan museum, yang baru saja dia resmikan. Pada masa silam, bangunan itu merupakan pabrik minyak atsiri hasil prakarsa Ir Soekarno dengan Bulgaria. Sempat mangkrak puluhan tahun, pada pertengahan 2018 tempat itu kembali difungsikan.

“Dari sini saja kita bisa tahu betapa kayanya negeri ini. Kita juga jadi punya alasan kenapa kita dulu dijajah,” kata Ganjar.

Rumah Atsiri Indonesia itu berdiri di atas lima hektare lahan, yang terdiri dari 2,5 hektare untuk eduwisata dan sebagian yang lain untuk lahan tanam hasil bekerjasama dengan petani lokal, yang menanam sereh, akar wangi, palmarosa dan lainnya.

“Meskipun sulit, setidaknya kita mencoba kembali menghidupkan cita-cita itu (memiliki pabrik minyak atsiri),” katanya.

Ganjar juga mengatakan, saat bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Prancis, dirinya sempat menyinggung soal minyak atsiri. Menurut Ganjar, Jawa Tengah sangat berpeluang besar untuk turut andil dalam pasar minyak atsiri di Prancis.

“Saya pernah menemani penjualan minyak atsiri, dan ternyata kami tidak bisa menjual. Penjual terbesar di Asia adalah Singapura. Tahu tanamannya dari mana? Indonesia. Mudah-mudahan pengelola bisa membuatkan narasi yang kuat untuk Rumah Atsiri ini sehingga kita bisa melakukan lompatan,” kata Ganjar. (Humas Jateng)

 

Berita Terkait