Rakerda Dekranasda Jateng, Atikoh Beberkan Tips Tarik Minat Generasi Muda untuk Membatik

  • 12 May
  • bidang ikp
  • No Comments

BANYUMAS – Keberadaan batik sebagai kerajinan tradisional Indonesia, termasuk Jawa Tengah, harus diuri-uri agar tidak hilang. Namun, mengingat prosesnya yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, tidak banyak generasi muda yang tertarik untuk menggelutinya.
Hal itu mencuat saat Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Tengah, di Pendapa Si Panji Banyumas, Jumat (12/5/2023). Ketua Dekranasda Kendal Wynne Frederica Dico meminta tips kepada Ketua Dekranasda Jateng Atikoh Ganjar Pranowo, bagaimana memicu generasi Z yang notabene generasi instan, tertarik mempelajari dan menggeluti batik.
Atikoh menyampaikan, pendekatan pertama yang bisa dilakukan adalah pendekatan institusional, dengan memasukkan batik dalam kurikulum sekolah. Tentu, muatan di dalamnya disesuaikan dengan tingkatan usia.
Dia mencontohkan, anak SD dikenalkan dulu bagaimana membatik secara informal melalui ekstrakurikuler atau pelajaran tertentu.
“Bagaimana mendesain batik, kemudian dipraktikkan. Jangan kayak pelatihan kita (orang dewasa), di ruangan, dengan teori yang ndakik-ndakik (muluk-muluk). Berikan metode pembelajaran yang menyenangkan, di luar ruang dengan santai,” beber Atikoh.
Tak hanya siswa SD, pengenalan membatik juga bisa dilakukan pada siswa SMP, SMA, maupun SMK. Bahkan saat ini siswa SMK menjadi andalan penerus pembatik.
“Jika setiap SMK ada 10 persen saja yang bisa meneruskan batik atau kerajinan lain, itu luar biasa. Akan lebih luar biasa kalau mereka juga menambah ilmunya dengan melihat Youtube,” ungkap Atikoh.
Hal semacam itu, sudah dilakukan keponakannya yang menggeluti kerajinan akrilik, bermodalkan belajar dari Youtube. Keterampilannya itu ditularkan kepada generasi muda, dengan mengadakan pelatihan di kafe dari nol sampai tingkatan mahir, dengan pola komunikasi seperti teman.
“Tentu teknik juga berpengaruh,” imbuhnya.
Pendekatan kedua, terang Atikoh, pendekatan tidak institusional, seperti mengadakan lomba membatik, desain motif, dan sebagainya. Termasuk, untuk memberdayakan kerajinan lain.
Hal senada juga disampaikan Ketua Dekranasda Banyumas Erna Husein. Menurutnya, kurikulum batik di sekolah sudah diterapkan di wilayahnya. Untuk menarik minat membatik pada siswa SMK, setiap tahun diadakan tiga kali lomba fesyen.
“Bahkan masing-masing kelas punya seragam sendiri, dengan motif karya sendiri dan dibatik sendiri,” ungkap Erna.
Dia tidak menampik jika membangkitkan minat membatik pada masyarakat tidak mudah. Bahkan, Erna mengibaratkan, jika ada 50 orang ibu yang dilatih, biasanya hanya ada satu orang yang menggelutinya dengan serius.
Kendati begitu, pihaknya terus mendorong minat warga dengan menggelar lomba desain batik bagi anak-anak. Dan peminatnya pun luar biasa, bahkan ada anak difabel yang memenangkan lomba. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait