Puasa Aktifkan “Autophagy” : Buang Sel Tak Guna, Cegah Penyakit Degeneratif

  • 05 May
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Ibadah puasa bisa mengaktifkan mekanisme autophagy atau pembuangan sel tak berguna dalam tubuh. Sehingga, bisa meminimalisasi penyakit degeneratif. Namun, jika tidak tepat mengatur pola makan saat puasa, juga bisa menyebabkan berat badan bertambah. Lalu, bagaimana tips berpuasa sehat?

 

Hal itu menjadi topik bahasan Ketua TP PKK Jateng Atikoh Ganjar Pranowo, dengan dokter spesialis gizi klinis dari  RS Columbia Asia Semarang, dr Enny Probosari, Rabu (5/5/2021). Perbincangan yang dilakukan secara daring di laman Instagram @atikoh.s itu, membahas pula seputar kebiasaan makan yang salah selama puasa.

 

Atikoh berkata, fungsi makanan tidak sekedar memenuhi rasa lapar dan memanjakan lidah. Namun lebih lanjut, makanan juga dibutuhkan untuk bertahan hidup sekaligus memelihara kesehatan.

 

“Jadi berat badan ideal itu kadang untuk penampilan padahal reason dibelakang itu untuk kesehatan,” ungkapnya.

 

Hal itu diamini oleh Enny Probosari. Menurutnya, makan termasuk puasa merupakan pola untuk menjaga kesehatan. Sehingga, harus diperhatikan betul terkait asupan gizi dan waktu makan.

 

Enny menyebut, seseorang yang rajin berpuasa memiliki faedah kesehatan. Hal itu sudah dibuktikan dalam suatu penelitian, yang berguna membuang sel-sel tak berguna di dalam tubuh.

 

“Jadi yang sering berpuasa mengaktifkan autophagy, yakni membuang sel yang tidak diperlukan dalam tubuh. Dengan berpuasa, kita bisa mengontrol berat badan, dan memunyai risiko penyakit degeneratif lebih kecil,” urainya.

 

Enny menjelaskan, pada saat puasa asupan makanan harus diperhatikan betul. Selain itu, pola makan setelah berpuasa seharian pun tidak boleh sembarangan.

 

Ia mencontohkan, setelah berpuasa seharian penuh, disarankan untuk berbuka dengan makanan manis. Namun, untuk asupan berat, seperti nasi hendaknya ditunda hingga selesai salat maghrib atau isya.

 

“Untuk makanan utama diperhatikan juga jangan terlalu banyak. Hendaknya nasi maksimal dua-tiga centong, disertai dengan protein hewani dan nabati, kemudian sayur dan air putih. Jangan terlalu kenyang, karena kalau terlalu kenyang, sirkulasi oksigen di otak bisa jadi tersubsidi ke perut, karena banyak mencerna. Akibatnya, jadi mengantuk,” jelas Enny.

 

Setelah ibadah malam atau tarawih, Enny menyarankan agar tidak makan berlebihan. Bila masih lapar, sebaiknya cukup mengonsumsi buah-buahan. Jika makan berlebih, risiko untuk menjadi gemuk lebih tinggi.

 

“Jangan lupa, lingkar pinggang itu mempunyai peran serta besar.  Wanita lebih dari 80 sentimeter, kemudian laki-laki lebih dari 90 sentimeter itu bisa timbul risiko penyakit degeneratif. Kalau merasa overweight hati-hati. Aktivitas hendaknya ditambah dan olahraga ditambah,” imbuhnya.

 

Terakhir, Enny berpesan sewaktu lebaran tiba jangan kemudian kalap makan. Hal itu untuk mengurangi sakit pada pencernaan akibat berlebih mengonsumsi.

 

“Sebaiknya makan sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Kalau memang sudah cukup (kenyang) dan kecukupan gizi terpenuhi, tidak usah menambah makan lagi. Kalau tidak ya bisa timbul masalah pencernaan seperti maag,” pungkas Enny. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait