Pasar Ekspor Terbuka Lebar, Pemprov Gencarkan Pertanian Organik di Jateng

  • 25 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

TEMANGGUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggencarkan pertanian organik mengingat produksinya yang sehat, ramah lingkungan, juga laku di pasar luar negeri. Pemprov pun mendorong petani agar bisa memanfaatkan pertanian organik.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Supriyanto mengatakan, pertanian organik di Jawa Tengah sebenarnya sudah ada sejak lama. Dan, akhir-akhir ini berkembang luar biasa.
“Jadi petani organik itu sangat mudah, sangat murah, karena bahan bakunya bisa didapat di lingkungan sekitar. Ilmunya tidak harus sekolah tinggi, banyak teknologi, banyak sarana, banyak alat, banyak materi yang bisa diolah jadi pupuk,” kata Supriyanto, ditemui saat Soropadan Agro Festival di Kabupaten Temanggung, Selasa (25/10/2022).
Menurutnya, di antara penyebab peningkatan permintaan terhadap produk pertanian organik, karena tuntutan pupuk subsidi yang semakin sulit karena penyalurannya makin terbatas. Sesuai Permentan 10/2022, pupuk yang disubsidi hanya urea dan NPK.
Bahkan, imbuh Supriyanto, komoditas yang boleh mendapatkan pupuk subsidi itu juga dibatasi. Dari 76 komoditas menjadi sembilan komoditas. Seperti, tanaman pangan ada tiga, yakni padi, jagung, dan kedelai. Untuk perkebunan, melingkupi kopi, tebu, tembakau. Sementara, hortikultura ada bawang merah, bawang putih, dan cabai.
“Dari itu banyak sekali petani yang bergerak ke arah organik, baik mandiri maupun harus kami dorong, kami bina, kami fasilitasi,” ujarnya.
Supriyanto mengatakan, prospek pasar pertanian organik juga cerah. Banyak orang yang menggunakan produk pertanian lantaran lebih sehat. Namun, untuk pasar ekspor, petani organik harus menyesuaikan kualitas agar mendapatkan sertifikasi produk organik.
“Kami sudah banyak memfasilitasi itu.  Beras sudah sampai Eropa, kopi sampai Eropa banyak, Jepang masuk juga, sayuran ada juga organik,” terangnya.
Secara umum di Jateng, beber Supriyanto, organik murni yang sudah bersertifikasi di kisaran 15 persen. Tapi kalau menuju organik dalam arti pertanian sehat itu, sudah mendekati 40 persen.
“Kalau pertanian sehat ya karena ini terkait dengan pasar. Harganya jauh lebih mahal . Pasarnya atau segmentasi pasarnya masih terbatas,” ucapnya.
Dijelaskannya, permintaan ekspor antara produk organik dan anorganik di Jateng kisarannya 50 persen-50 persen. Dia mencontohkan, permintaan beras organik ke Belanda mencapai sekitar 900 ton, dan belum tercukupi semuanya. Atau beras ke Timur Tengah yang juga belum tercukupi.
“Insyaallah kita support. Jawa Tengah support Indonesia untuk berproduksi pangan organik. Semua bergerak ke sana. Go organik kita jalani,” imbuhnya. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait