Ngumpulke Balung Pisah, Gus Yasin Sebut Langkah NU Tepat

  • 23 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Perhelatan pemilihan presiden (pilpres) pada April lalu, membuat banyak pihak terbelah karena perbedaan dukungan politik pasangan calon presiden. Hal itu diakui Plh Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen. Namun, setelah gelaran pesta demokrasi selesai, Taj Yasin mengajak pihak-pihak yang terbelah, bersatu kembali.

Di Jateng sudah dimulai dengan kegiatan “Ngumpulke Balung Pisah Warga Nahdlatul Ulama.” Menurutnya, kegiatan itu menjadi langkah yang baik untuk memberi contoh daerah-daerah lain. Kegiatan silaturahmi, berkumpul, menyalurkan ide, memberikan warna di masyarakat, bahwa pilpres, pileg atau pemilihan-pemilihan yang lain, hanyalah sebuah kontestasi, yang tujuannya membangun Indonesia.

“Sebenarnya bukan hanya Jateng yang harus dikumpulkan tokoh dan ulamanya. Akan tetapi se-Nusantara harus kita kumpulkan,” bebernya.

Gus Yasin, sapaan akrabnya, mengapresiasi upaya Jateng yang memulainya, karena sejarah berdirinya NU pada 1928 juga hanya beberapa daerah yang memulai. Itu pun masih pakai Bahasa Arab. Belum memakai Bahasa Indonesia resmi untuk pergerakan organisasi NU. Pada 1930 dilakukan Muktamar di Pekalongan. Waktu itu dideklarasikan, organisasi NU jadi organisasi Indonesia, organisasi nasional yang memakai Bahasa Indonesia.

“Maka tidak salah kalau Jateng jadi center, jadi bandul NKRI,” paparnya saat Silaturahmi dan Halalbihalal Ngumpulke Balung Pisah Warga Nahdlatul Ulama di Rumah Dinas Wali Kota Semarang, Minggu (23/6/2019).

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (Hendi) mengatakan, Indonesia saat ini sedang diuji dengan kekuatan geopolitik di tingkat dunia. Jika dicermati, persoalan pilpres Indonesia pada April lalu, bukan antar para calon. Tetapi ada kelompok di belakangnya yang luar biasa ingin mencoba menggagalkannya.

“Di sinilah letak peran besar NU. Keluarga besar NU benar-benar memberikan sebuah kekuatan keyakinan bahwa pilpres, pileg kemarin berjalan dengan baik,” terang dia.

Hendi mengibaratkan kekuatan NU merupakan pasak bumi bagi Indonesia. Sebagai pasak, NU dan komponennya, membuktikan komitmennya dalam menegakkan persatuan dan kesatuan Indonesia. (Rt, Humas Jateng)

Berita Terkait