Nawal Ajak Masyarakat Bangun Keluarga Tangguh Krisis Iklim dan Bebas Stunting

  • 23 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SURAKARTA – Krisis iklim menjadi isu yang banyak dibicarakan belakangan ini, mulai polusi udara, kekeringan, dan sebagainya. Hal itu dapat berdampak pada kesehatan, ketahanan pangan, dan perekonomian masyarakat.

Dengan kondisi tersebut, Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Nawal Arafah Yasin, mengajak seluruh masyarakat, khususnya tim penggerak dan kader PKK, untuk mengantisipasi krisis iklim, dan melakukan upaya mitigasi.

Diakui, perubahan iklim berdampak pada banyak hal, seperti cuaca, curah hujan, suhu, dan kelembaban, dan sebagainya. Secara makro, hal itu juga menyebabkan perubahan pola tanam, sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen, bahkan bisa berdampak gagal panen yang tentunya mengganggu ketersediaan pangan, termasuk yang berasal dari kelautan dan perikanan secara luas.

“Inilah yang dinamakan krisis iklim. Oleh karena itu, kita harus melakukan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” terangnya, dalam Peningkatan Kapasitas Kader PKK se-Jawa Tengah bertema Membangun Keluarga Tangguh Krisis Iklim Bebas Stunting, di Hotel Haris Solo, Rabu (23/8/2023).

Kegiatan adaptasi, kata Nawal, antara lain menyangkut pengendalian kekeringan, banjir dan longsor, peningkatan ketahanan pangan, penanganan atau antisipasi kenaikan muka laut, rob, intrusi air laut, abrasi, ablasi atau erosi akibat angin, gelombang tinggi, serta pengendalian penyakit terkait iklim. Sementara, kegiatan mitigasi meliputi pengolahan sampah dan limbah padat, pengolahan dan pemanfaatan limbah cair, penggunaan energi baru, terbarukan dan konservasi energi, pengolahan budidaya pertanian, peningkatan tutupan vegetasi, serta pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

“Yang harus dilakukan, bagaimana ketahanan keluarga saat krisis iklim. Kita harus memberikan edukasi pada anak, karena adanya krisis iklim banyak menimbulkan dampak tidak hanya ekonomi, tapi juga daya tahan anak, termasuk stunting,” beber Nawal.

Dijelaskan, orang tua sebaiknya mengajarkan kepada anak bagaimana beradaptasi. Misalnya, penyebab krisis iklim salah satunya penggunaan bahan baku fosil. Jadi, kita harus mengenalkan anak agar lebih menyukai penggunaan transportasi umum, atau justru bersepeda. Anak juga dikenalkan hal terkecil, seperti menghemat listrik.

“Indikator cuaca dan iklim harus disampaikan kepada anak. Misalnya, dingin harus pakai jaket, polusi harus memakai masker, itu anak ada alarm sendiri dalam dirinya. Itu harus dilakukan orang tua, supaya anak bisa bertahan. Termasuk, bagaimana cara mengajarkan anak tanggung jawab pelestarian lingkungan hidup, mulai hal terkecil, bagaimana mengolah sampah, meminimalisir sampah plastik, atau bersepeda, menghemat listrik bisa dilakukan,” beber Nawal.

Dalam kesempatan itu, Nawal juga meminta TP PKK agar terus menggerakkan masyarakat untuk mencegah stunting. Asupan nutrisi pada anak, remaja, ibu hamil, mesti benar-benar diperhatikan, serta menjaga lingkungan tetap bersih sehat, terhindar dari penyakit yang bisa berpotensi berakibat stunting.

Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Widi Hartanto mengungkapkan, pihaknya melibatkan TP PKK dalam kegiatan tersebut mengingat PKK memiliki komitmen kuat dalam kelestarian lingkungan. Menurutnya, pengelolaan lingkungan terbaik dapat dimulai dari keluarga, seperti meminimalkan sampah dimulai dari keluarga.

“Saya berharap, kader PKK sampai tingkat terkecil RT, RW, bisa mengelola lingkungan, termasuk adaptasi dan mitigasi krisis iklim,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait