Murah dan Nyaman, BRT Trans Jateng Tetap Jadi Primadona

  • 18 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG  – Di Hari Perhubungan Nasional yang jatuh setiap 17 September, pelayanan Bus Rapid Transit  (BRT) Trans Jateng tetap jadi primadona di kalangan masyarakat provinsi ini. BRT Trans Jateng merupakan program pelayanan transportasi umum yang murah dan mudah untuk masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah.

Sejak diluncurkannya BRT pada 2017 oleh Gubernur Jateng Periode 2013-2023, Ganjar Pranowo, hingga saat ini puluhan juta orang telah menjadi pelanggan BRT. Berdasarkan data Balai Transportasi Jawa Tengah Dinas Perhubungan Provinsi Jateng, jumlah penumpang sejak 2017 sampai 2023 ini tercatat 23.672.113 orang, dengan penumpang meliputi kalangan umum, pelajar, buruh, dan veteran.

Kepala Balai Transportasi Jawa Tengah Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah Agung Pramono mengatakan, saat ini ada tujuh koridor BRT. Meliputi Semarang-Bawen, Semarang-Kendal, Purwokerto-Purbalingga, Magelang-Purworejo, Solo-Sragen, Semarang-Grobogan, dan Solo-Wonogiri.

“Dua kalangan penumpang yang paling besar (jumlahnya) yaitu pelajar atau anak-anak sekolah sama buruh. Itu yang paling besar dari semua koridor,” kata Agung melalui sambungan telepon, baru-baru ini.

Dia menunjuk contoh, untuk penumpang pelajar koridor Semarang-Bawen dari tahun 2017- 2023 mencapai 1.156.832 orang, buruh 978.330 orang, serta veteran 2.276 orang. Atau di koridor Purwokerto-Purbalingga di kurun waktu sama, pelajar 1.065.985 orang, buruh 547.609 orang dan veteran 836 orang.

“Kita tahu, mereka (pelajar dan buruh) kan dalam kategori golongan menengah ke bawah. Kayak pelajar belum punya pendapatan, buruh pabrik yang segmennya pekerja keras, yang gajinya masih rata-rata UMR,” jelas Agung membeberkan alasan kalangan pelajar dan buruh jadi mayoritas pelanggan BRT.

Apalagi biaya atau tarif bus juga terbilang terjangkau. Untuk pelajar, buruh dan veteran  tarifnya Rp2 ribu. Sementara untuk penumpang umum Rp4 ribu. Besaran tarif itu, menurut Agung, lebih hemat dibandingkan mereka menggunakan sepeda motor pribadi.

Oleh karenanya, koridor yang ada diharapkan mampu menunjang aktivitas pelajar dan buruh. Termasuk, menunjang kegiatan masyarakat lain, seperti ibu yang ke pasar, atau lainnya.

Demi kelancaran aktivitas masyarakat, pihaknya berharap adanya kerja sama kabupaten/ kota bisa menyediakan feeder biar masyarakat bisa menjangkau sampai pelosok. Sepengetahuannya, feeder telah berjalan di Kota Semarang, namun di daerah masih berbentuk angkutan umum dan sejenisnya.

Sejauh ini, armada BRT Trans Jateng yang tersedia di masing-masing koridor ada 14 unit. Kecuali untuk koridor Semarang-Bawen ada 28 unit armada. Koridor Semarang-Bawen termasuk koridor padat penumpang.

“Koridor gemuk (padat penumpang) ya koridor Semarang-Bawen. Saat peak bisa 100 persen lebih. Saat off peak sekitar 70-80 persen. Di kisaran 85 persen,” sambungnya.

Agung menilai, kehadiran BRT untuk memenuhi keinginan masyarakat akan kebutuhan transportasi. Pemerintah pun hadir mengusahakan angkutan umum, terutama bagi masyarakat bukan golongan atas, dengan biaya murah. Selain murah, keberadaan BRT juga mampu mengurangi tingkat pemakaian kendaraan bermotor di jalan raya. Oleh karena itu, BRT Trans Jateng pun hadir dengan biaya yang murah, tapi tetap memerhatikan kenyamanan.

“Itu juga bisa mengurangi kemacetan, mengurangi kecelakaan, polusi. Itu yang kita harapkan,” imbuh Agung. (Ak/Ul Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait