Marching Band Santri Meriahkan Upacara Penurunan Bendera

  • 17 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Upacara Penurunan Bendera Merah Putih pada peringatan HUT ke-74 RI di Lapangan Pancasila (Simpanglima), Sabtu (17/8/2019) tidak dilewatkan oleh warga Kota Semarang. Upacara yang dipimpin oleh Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi itu juga dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono beserta sejumlah pejabat, ASN, dan TNI/Polri.
Meski prosesi dijadwalkan berlangsung sekitar pukul 17.00 WIB, namun masyarakat sudah memadati lokasi sejak pukul 14.30 WIB. Mereka antusias berkerumun di tepi lapangan ketika atraksi marching band oleh para santri Pondok Pesantren Al-Anwar dan taruna Akpol ditampilkan.
Tepuk tangan riuh terdengar ketika personel marching band kompak membentuk formasi-formasi unik, di tengah harmoni lagu-lagu nasional. Aksi memukau itu pun segera diabadikan melalui kamera ponsel mereka.
Fatimah, salah seorang warga Kota Semarang, mengajak suami dan kedua anaknya untuk mengikuti rangkaian Upacara Penurunan Bendera Merah Putih di Simpanglima. Fatimah membeberkan, kedua anaknya sangat mengagumi atraksi marching band. Perempuan berhijab itu tampak beberapa kali mengabadikan foto sang anak bersama personel marching band.
“Saya sengaja ke sini karena mau melihat langsung prosesi Upacara Penurunan Bendera Merah Putih yang dilakukan Paskibraka. Ternyata, ada pertunjukkan marching band juga yang anak-kanak saya memang suka. Mereka langsung minta foto-foto,” ujarnya sembari tersenyum.
Tak hanya atraksi marching band yang memukau, puisi karya salah seorang santri PP Al-Anwar, Bahrud Lutfillah, yang mengisahkan kiprah ulama kharismatik Almarhum KH Maimoen Zubair semasa hidup juga menyentuh hati para hadirin. Dengan penuh penghayatan, Bahrud yang hari itu memimpin atraksi Green Crown Al-Anwar Marching Band, mengingatkan kembali pada sosok kiai yang begitu mencintai Tanah Air.
“Duhai pertiwi, beberapa waktu yang lalu angin dari Tanah Ibrahim, Mekkah, membawa kabar duka untuk bangsa yang besar ini. Bahwa salah satu pejuang, guru bangsa nan wibawa dengan kerendahan hatinya, telah beristirahat dengan tenang di Padang Ma’la. Betapa sesak hati ini menerima kabar tentangnya..”
Bahrud menjelaskan, puisi tentang Mbah Maimoen itu selesai ditulisnya pada 11 Agustus lalu. Santri asal Situbondo tersebut mengaku selalu teringat dengan pesan sang pengasuh PP Al-Anwar, yang menekankan santri haruslah cinta Tanah Air dan religius.
“Saya membuat puisinya bertahap. Saya selesaikan pada 11 Agustus saat saya perjalanan menuju Probolinggo. Memang khusus untuk mengenang Mbah Maimoen. Beliau selalu berpesan, nasionalis dan religius harus ada,” ujarnya.
Bahrud mengaku bangga, dia bersama personel Green Crown Al-Anwar Marching Band sudah kali kedua tampil menyemarakkan rangkaian HUT RI di Simpanglima. Mereka konsisten membawakan lagu-lagu nasional dan religius diiringi atraksi yang menarik.
“Total 80 personel yang hari ini tampil. Ini bukan pertama kali kami tampil pada peringatan HUT RI. Sudah tahun kedua kami tampil dan ini tentu menjadi kebanggaan bagi kami,” ujarnya. (Humas Jateng)

Berita Terkait