Kreatifnya Warga Pabelan, Talas Beneng pun Disulap Jadi Pengganti Tembakau dan Dieskpor ke Australia

  • 09 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

KABUPATEN SEMARANG – Tanaman talas seringkali dipandang sebelah mata. Biasanya, tanaman itu dibiarkan tumbuh liar di kebun atau pekarangan dan tak jadi komoditas pokok. Namun di tangan orang kreatif, tanaman ini bisa diolah jadi berbagai turunan alternatif.
Seperti yang dilakukan Agus Bekti, warga Dusun Kalangan, RW 5, Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Ia mengolah Talas Beneng menjadi pengganti tembakau.
Bekti baru memulai produksinya itu sejak 2020. Namun ekspor ke Australia itu sudah repeat order hingga empat kali.
“Kita lagi menjajaki Dubai dan Kanada. Potensinya bagus,” ujarnya.
Selain diolah jadi pengganti tembakau, Bekti juga berhasil membuat tanaman Talas Beneng itu menjadi campuran teh dan shisha.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi keuletan Bekti itu. Apalagi, Bekti telah berhasil mengekspor olahan Talas Beneng itu ke Australia.
“Kalau kita lihat daerah kita sendiri, kita gali potensinya luar biasa. Ternyata talas ini bisa menjadi substitusi tembakau, bisa juga dicampur,” kata Ganjar, seusai melihat pabrik pengolahan Talas Beneng menjadi tembakau di KUB Berkah Karya.
Ganjar mengatakan, inovasi itu juga membuktikan sumberdaya alam Indonesia sangat kaya.
“Itu butuh disentuh oleh orang-orang kreatif dan difasilitasi oleh pemerintah, seperti Pemkab Semarang yang sudah mendampingi,” tuturnya.
Mantan anggota DPR RI itu pun mendorong agar pengembangannya terus didampingi. Sebab olahan Talas Beneng itu juga mulai dilirik pasar dalam negeri.
Pengembangan dan riset nantinya bisa memaksimalkan seluruh bagian dari tanaman Talas. Bekti, kata Ganjar, adalah sebagian contoh dari industri kreatif di level desa, yang patut untuk terus didukung. Khususnya ketika produknya makin diminati, pasti akan berdampak pada meningkatnya permintaan. Maka persoalan lain seperti permodalan akan muncul, sehingga mesti didampingi terus menerus oleh pemerintah.
Nggak sulit ini, sehingga kalau kita melihat potensi ini dugaan saya akan jauh lebih banyak. Maka mandiri dari desa, dengan kekuatan yang ada di sini bisa mendunia. Ini contohnya,” tandas Ganjar.
Salah satu nilai ekspor daun talas yang pernah dilakukan pada akhir 2021 lalu, Jawa Tengah mengirimkan 3,3 ton daun talas ke Australia dengan harga per kilogramnya 2 dolar AS. (Humas Jateng)*ul

Berita Terkait