Kongres Sampah, Terbuka Bagi Warga yang Ingin Bagikan “Success Story”

  • 08 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Anda punya masukan mengenai pengelolaan sampah yang baik, atau Anda punya pengalaman keberhasilan pengolahan sampah yang pernah dilakukan? Silakan datang dan berbagi pengalaman maupun ide, pada Kongres Sampah Jawa Tengah yang diselenggarakan di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, 12-13 Oktober mendatang.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui, perilaku “nyampah” memang masih dijumpai di masyarakat. Dia menunjuk contoh masih adanya kebiasaan membuang sampah di sungai, menaruh sampah di jalanan, sehingga membuat sungai dan jalanan menjadi tempat sampah terbesar. Kalau masyarakat tidak mau berubah, persoalan sampah tidak akan selesai. Makanya, perlu ada Kongres Sampah.
“Mimpi saya, ada pembahasan sampah dari berbagai hal. Kami harapkan masyarakat juga bisa menyampaikan, maumu apa? Bisamu apa? Di Kongres, semua bisa cerita. Mungkin ada yang nesu-nesu, mendidik, pakai ngaji karena butuh fatwa. Ceritakan success story-mu,” ujar Ganjar, pada Dialog Interaktif “Sampah Membawa Berkah”, di Studio Mini Kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (8/10/2019) sore.
Dia mengungkapkan keberhasilan Jepang dalam penanganan sampah, yang dimulai dari perbaikan perilaku masyarakatnya. Memang, dibutuhkan waktu cukup lama, bahkan hingga lebih dari 50 tahun bagi negara itu hingga sekarang ini sampah bukan persoalan lagi.
Yang paling bagus, imbuh Ganjar, dimulai dari rumah tangga, dengan mengurangi sampah, kemudian memilahnya. Dia menyitir ungkaan Sujiwo Tejo yang mengatakan, taruhlah sampah bukan membuang. Tapi itu juga harus konsisten. Kalau masyarakat sudah memilah, tapi kalau pengangkutannya jadi satu ya sama saja. Jadi, desain truknya juga harus beda. Apa pengangkutannya mau per jam, atau sekali angkut tapi kontainernya sendiri-sendiri
“Kita harus cerewet untuk ngomong. Misalnya, untuk pengangkutan, hari ini jam sekian masyarakat mengeluarkan sampah plastik, kemudian jam sekian kertas, dan sebagainya. Awalnya berat, tapi ini butuh kebiasaan. Di kita ada bank-bank sampah. Jika menaruh sampahnya tepat, ada teknologi pengolahan, hasil akhirnya lebih baik,” beber mantan anggota DPR RI ini.
Pakar Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro Prof Syafrudin menambahkan, berdasarkan volume, timbulan sampah per orang per hari mencapai 2,75-3,75 liter, atau jika dihitung beratnya sebanyak 0,6-0,8 kilogram per hari. Secara teknologi sebenarnya Indonesia sudah bisa mengolah sampah. Yang sulit justru social engineering. Mesti ada perubahan mindset jika tanggung jawab pengelolaan sampah bukan pada pemerintah, melainkan seluruh masyarakat.
Ditambahkan, ada dua hal yang mesti ditekankan dalam pengelolaan sampah, yakni pengurangan dan penanganan. Penanganan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, dan pengurangan otomatis menjadi tanggung jawab masyarakat. Empat modal pengelolaan sampah, katanya, pada sumber timbulan, tempat penampungan sementara (TPS), pemindahan, dan proses akhir di TPA.
“Itu tanggung jawab masyarakat semua. Susunan pengelolaan sampah dipengaruhi teknis, kelembagaan, financial, pemda, dan peran serta masyarakat (PSM). Ibarat rumah, pondasinya PSM, baik perorangan maupun perusahaan. Kalau pondasinya tidak digarap, sama saja. Runtuh semua,” tandasnya.
Sebagai informasi, Kongres Sampah Tingkat Provinsi Jawa Tengah akan digelar 12-13 Oktober mendatang, di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Sejumlah pihak mulai akademisi, pengusaha, media, masyarakat, dan pemerintah, dilibatkan untuk membahas permasalahan sampah beserta alternatif solusinya. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait