“Kalau Saya Jadi Juri Bingung”

  • 18 Apr
  • Prov Jateng
  • No Comments

 

Semarang – Pernah melihat daun kelor yang diolah menjadi penganan agar-agar berbentuk hewan, seperti kura-kura, kepiting, dan panda? Atau sego jagung yang dibuat menyerupai bakpao?

Semua itu bisa didapati pada Festival Makanan Khas Daerah Jawa Tengah yang berlangsung di DP Mal, Selasa (18/4). Aneka makanan tersebut disajikan bak makanan hotel bintang lima. Padahal, sebagian besar makanan tersebut menggunakan bahan lokal, seperti ubi, singkong, daun kelor, jantung pisang, suwek, porang, parijoto, tepung mokaf, dan sebagainya.

Lihat saja nasi jagung yang juga diolah menjadi nasi goreng seafood dan dibentuk seperti tumpeng mini bersusun, dengan empat udang goreng di bagian atasnya., lengkap dengan garnis lilitan kacang panjang dan bunga wortel. Nasi jagung yang notabene harganya murah itu pun “naik kelas”.

Penyajian makanan berbahan lokal itu pun mengundang apresiasi positif dari Wakil Ketua III Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Hj Rini Sri Puryono. Keberagaman bahan pangan yang ada di provinsi ini potensial diolah menjadi aneka pangan yang gizinya sangat tinggi, sehingga dibutuhkan masyarakat. Apalagi, jika penyajiannya menarik.

Menurutnya, penampilan menarik sangat diperlukan agar masyarakat kepengin mengonsumsinya. Selain itu, juga membuat nilai ekonomisnya meningkat. Tentu, penampilan saja tidak cukup, tapi harus diimbangi dengan rasa yang lezat. Seperti yang tersaji pada Festival Makanan teraebut.

“Kalau saya jadi juri, bingung. Enak-enak semua. Saya biasanya nggak mau pedas sekali. Tapi tadi pedasnya sedang. Jadi terasa enak banget,” ungkapnya.

Diakui, saat ini banyaj ditemui kuliner yang tidak sdhat, tidak higienis, dan menggunakan bahan yang berbahaya dan kurang aman untuk dikonsumsi. Sehingga kader PKK dan para siswa, khususnya siswa SMK boga diharapkan memberikan edukasi mengenai pentingnya keamanan pangan kepada masyarakat maupun penyedia kuliner. Mereka juga diharapkan dapat memberikan keterampilan mengolah bahan pangan, khususnya bahan lokal yang kreatif dan inovatif.

“Kuliner sangat potensial karena masyarakat semakin menggemari kuliner. Saya itu kasihan kalau melihat makanan yang kurang bagus, yang diawetkan, tambahan makanan kimiawi, dikonsumsi anak-anak. Kasihan anak-anak, bisa memengaruhi kecerdasannya,” kata Rini.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah M Arif Sambodo SE MSi menyampaikan festival masakan yang diikuti 43 peserta dari TP PKK kabupaten/ kota dan SMK di Jawa Tengah ini tidak sekadar lomba. Namun diharapkan dapat mendorong rasa cinta khususnya generasi muda untuk mencintai kuliner lokal. Selain itu juga menggali potensi-potensi kuliner lokal daerah, serta yang lebih menarik dapat menumbuhkan wirausaha kuliner.

“Seperti diketahui, sekarang ini di kota-kota besar, usaha kuliner tumbuh berkembang. Masalahnya kuliner di kota itu kebanyakan berbau barat. Mengapa kuliner di Jateng itu tidak jajanan pasar atau apa pun yang dikembangkan di daerah itu. Itu sasaran kita,” jelas Arif.

Namun, dia mengakui keterampilan mengolah bahan lokal dari kader PKK maupun siswa SMK di provinsi ini sangat baik. Bahkan, sejak 2012-2016, pemenang yang kemudian menjadi wakil Jawa Tengah untuk maju di tingkat nasional pun berhasil meraih predikat juara.

Pada Festival Makanan Khas Jawa Tengah 2017, lima juri, yakni Shanti Sherat dari Aku Cinta Masakan Indonesia, Winahyo (Asosiasi Chef Indonesia), Sri Budi Wahyuningsih (Universitas Demarang), Indah Sony (TP PKK Provinsi Jawa Tengah), dan Dwi Susanto (Asosiasi Cheft Jawa Tengah), memutuskan tim dari TP PKK Kabupaten Kebumen sebagai Juara I. Sementara Juara II TP PKK Kabupaten Semarang, Juara III TP PKK Kota Pekalongan, Juara Harapan I SMKN Kudus, Juara Harapan II TP PKK Kabupaten Banyumas, dan Juara Harapan III TP PKK Kabupaten Sragen. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait