Jembatan Bojonegoro-Blora Diresmikan, Mbah Siti Tak Perlu Lagi Menantang Maut

  • 03 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

BLORA – Siti Halimah (60) tampak semangat menggandeng cucunya yang masih balita. Bersama puluhan warga lain, Mbah Siti ingin menyaksikan sejarah dalam hidupnya, yakni peresmian Jembatan Terusan Bojonegoro-Blora (TBB).
Ya, jembatan yang diresmikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Mensesneg RI Pratikno, Menhub RI Budi Karya Sumadi, dan Menteri PUPR RI Basuki pada Sabtu (3/1/2021) itu memang sejak lama menjadi idaman warga. Bagaimana tidak, sejak kecil sampai usianya 60 tahun, Mbah Siti harus menantang maut jika ingin bepergian ke Bojonegoro.
Akses satu-satunya warga untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo yang dalam dan alirannya deras itu adalah menggunakan perahu. Tiap menyeberang, Mbah Siti mengatakan selalu was-was karena angkutan itu memang tidak menjamin keamanan warga.
Alhamdulillah seneng, sakniki nek lewat sampun gampil. Biasane nyabrang kali nganggo prau, nggeh wedhi (Sekarang kalau menyeberang sudah mudah. Biasanya menyeberang sungai pakai perahu, ya takut),” katanya.
Mbah Siti mengatakan pernah melihat perahu yang digunakan untuk akses angkutan warga menyeberang itu tenggelam. Meski tak ada korban jiwa, namun kenangan itu membuatnya selalu ketakutan.
Sakniki sampun kepenak, mboten wedhi. Sakniki medal bruk mawon. Matur nuwun, seneng banget kalih pemerintah (sekarang sudah mudah, tidak takut lagi. Sekarang lewat jembatan saja. Terima kasih banyak, senang sekali dengan pemerintah),” jelasnya.
Hal senada disampaikan Tamhadi (60), warga lainnya. Ia mengatakan, sejak kakeknya dulu, warga memanfaatkan penyeberangan dengan perahu apabila hendak ke Bojonegoro atau ke Blora.
“Karena kalau lewat jembatan jauh, harus memutar. Jadi warga memilih naik perahu. Saya mengalami sejak kecil, ketika ongkosnya masih Rp500, sekarang sudah Rp2.000,” katanya.
Jembatan Terusan Bojonegoro-Blora dibangun pada bulan Juni 2020 lalu memiliki panjang 1.100 meter dengan lebar sembilan meter. Jembatan itu menghubungkan wilayah Bojonegoro, tepatnya di Desa Luwih Haji Kecamatan Ngraho dengan Kabupaten Blora, tepatnya di Desa Medalem Kecamatan Kradenan. Pembuatan jembatan itu menghabiskan anggaran sekitar Rp97,5 miliar atas kerja sama antara Pemkab Blora dan Bojonegoro itu.
Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan, jembatan Terusan Bojonegoro-Blora sudah lama diidamkan masyarakat dari dua kabupaten itu. Mereka yang hendak menyeberang sungai Bengawan Solo, harus menggunakan perahu sederhana.
“Ini jembatan yang sudah lama diidamkan masyarakat dari dua kabupaten ini, yakni Blora dan Bojonegoro. Hari ini sudah jadi, mudah-mudahan yang berisiko tinggi karena nyeberangnya pakai gethek, pakai perahu, besok bisa lewat jembatan ini,” katanya.
Ganjar juga mengapresiasi kerja sama yang baik antara Pemkab Blora dan Bojonegoro. Selain itu, Jembatan Terusan Bojonegoro-Blora juga merupakan bukti kerja sama yang baik antara Pemprov Jateng dan Jatim.
Sementara itu, Mensesneg Pratikno mengapresiasi kerja sama yang baik antara dua wilayah, baik pemerintah kabupaten maupun provinsi atas terbangunnya jembatan itu. Hal itu menegaskan, pelayanan masyarakat harus dilakukan secara bersama-sama.
“Jembatan ini menghubungkan masyarakat dua kabupaten dan dua provinsi. Kami sangat mengapresiasi hal ini, dan inisiatif ini perlu dikembangkan pada daerah lain,” katanya.
Pembangunan Jembatan Terusan Bojonegoro-Blora itu, lanjut Pratikno, diharapkan dapat mendongkrak pembangunan ekonomi kawasan antara Jateng dan Jatim. Sebab, konektivitas dua daerah sudah tersambung dengan baik.
“Ditambah tadi di Ngloram ada bandara yang bisa menghubungkan daerah-daerah ini dengan daerah lain. Mudah-mudahan akhir tahun bandara Ngloram bisa beroperasi dan bisa mengakselerasi pembangunan ekonomi di kawasan ini,” tutupnya. (Humas Jateng)

Berita Terkait