Hati pun Tentukan Moral dan Kesehatan

  • 14 May
  • ikp
  • No Comments

SEMARANG – Tarawih Keliling Badan Amalan Islam (BAI) Jateng putaran kesembilan di Kantor DPRD Jateng Jalan Pahlawan, Senin (13/5/2019) malam, dipenuhi ratusan jemaah. Mereka memadati ruang lobby hingga halaman kantor.

Diawali salat Isya, salat tarawih delapan rakaat dan tiga rakaat salat witir itu diimami Sekretaris Dewan Pembina Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam (YPKPI), yang juga Ketua Umum Badko TPQ Jateng, Ateng Chozani Miftah. Pada shaf depan, tampak Sekda Jateng Sri Puryono, Sekretaris DPRD (Sekwan) Jateng Urip Sihabudin, Pangdam IV/ Diponegoro Mayjend Muhammad Effendi, Asisten Adminstrasi Herru Setiadhie, serta pengurus BAI Jateng.

Usai salat, KH Amin Syukur menyampaikan tausiah dengan tema “Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qolbu”. Guru Besar dalam Bidang Tasawuf UIN Walisongo Semarang itu menjelaskan jika manusia hidup itu sering tidak sama antara keinginan dan kenyataannya. Sebagai contoh, orang berkeinginan selalu makan enak, tetapi tidak terpenuhi. Ingin kaya, tetapi miskin. Ingin sehat, tetapi selalu sakit, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, menurutnya, menata hati menjadi penting dalam memulai sesuatu.

Kiai Amin Syukur pun menukil hadis yang menyatakan “Dalam jasad manusia ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Dan apabila rusak, maka rusaklah seluruh jasad, dan itulah hati nurani.” Artinya, dalam diri manusia itu terdapat segumpal darah yang disebut hati nurani, bukan hati jasmani. Ia memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Ditambahkan, manajemen hati diperlukan agar bersih (tazkiyatunnafs), dengan metode takhalli (pembersihan) kemudian tahalli (penghiasan), dan tajalli (pencerahan). Akan tetapi, hati manusia dalam hidup tidaklah menentu. Jika kenyataan hidup itu diterima hati yang sudah tertata, hidup akan lebih legawa, dan semuanya akan terasa nikmat. Hati pun menentukan moral maupun kesehatan, mau bahagia atau susah.

Untuk mengatur hati, Kiai Amin Syukur mengajak jemaah untuk selalu mengiringi hidupnya dengan zikir kepada Allah. Proses awalnya, mengosongkan sifat negatif, seperti kesombongan, pamer dan ghibah. Setelah zikir mengenal Allah, hati diajak untuk berbuat baik melalui sikap ikhlas dan tawaduk.

“Ketika hati sudah tenang, akan memancarkan endokrin (sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon) yang akan memperkuat sel makrofag (sel darah putih) dan natural killer, sehingga badan menjadi kebal. Kondisi ini akan membunuh sel liar yang memunculkan kanker dan penyakit lain,” jelasnya.

Hadis yang dia sampaikan di atas itu pun sesuai dengan teori psycho neuro endocrino immunology atau psycho neuro immunology, atau hati yang tenang, akan mempengaruhi syaraf, syaraf akan mempengaruhi kelenjar, dan kelenjar mengeluarkan hormon endokrin. Sehingga, seseorang akan tumbuh kekebalannya.

Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris DPRD (Sekwan) Jateng Urip Sihabudin. Disampaikannya, umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan, akan memetik sifat sabar, lebih peduli, dan meraih kebeningan hati.

“Sifat-sifat tidak terpuji, iri, dengki akan hilang jika kita mampu mengolah hati, agar potensi positifnya lebih mendominasi hidup,” katanya.

 

Penulis : Sy, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait