Di Hadapan JK, Ganjar Beberkan Keberhasilan Baznas Jateng

  • 05 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Surakarta – Pengelolaan zakat, infak dan sedekah (ZIS) yang dikelola Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Tengah memiliki kekuatan lebih dahsyat untuk program pengentasan kemiskinan. Penurunan angka kemiskinan di Jateng tahun 2018 yang menjadi tertinggi nasional, salah satu faktor pendukungnya adalah dari Baznas.

Hal tersebut kembali ditekankan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat memberikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Nasional Zakat 2019 di Pendapa Surakarta, Senin (4/3/2019) malam. Pada acara yang dihadiri Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla (JK), Menteri Agama Lukman Hakim dan beberapa gubernur, bupati/wali kota se-Indonesia itu, Ganjar menyampaikan bagaimana optimalisasi zakat di provinsi yang dipimpinnya.

“Pengelolaan zakat di Jawa Tengah memang kami dorong untuk membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Sebab kami sadar, jika hanya mengandalkan APBD saja, tidak akan bisa selesai,” ungkapnya.

Menurutnya, di Jateng masih ada 3,8 juta masyarakat yang hidup pada garis kemiskinan. Pelan namun pasti, melalui sejumlah program termasuk optimalisasi Baznas, angka kemiskinan itu terus dipangkas.

“Maka kalau tahun 2017 Jateng angka kemiskinannya masih 12,23 persen, di tahun 2018 lalu kami berhasil menurunkan pada angka 11,19 persen. Angka ini menjadi tertinggi se-Indonesia, kira-kira di angka 330.700 jiwa bisa kita atasi,” paparnya.

Selain itu, Baznas juga berperan aktif dalam banyak hal. Misalnya, program rehabilitasi rumah tidak layak huni, bantuan kebencanaan, pembangunan fasilitas pendidikan agama, bantuan untuk disabilitas dan sebagainya.

“Bahkan saat ini, kami sedang mendorong penguatan Baznas pada sektor akses modal bagi masyarakat produktif kurang mampu, pembentukan startup wirausaha, pemberdayan ekonomi perempuan dan sebagainya,” tambah mantan anggota DPR RI ini.

Ganjar mengakui, potensi zakat di Jateng sangat besar. Kesadaran masyarakat juga semakin tinggi terhadap kewajiban membayarkan zakat. Hal itu terbukti dari penerimaan zakat di Jateng yang tiap tahun terus meningkat.

“Di tahun 2016, kami berhasil mengumpulkan Rp8,5 miliar, kemudian tahun 2017 meningkat menjadi Rp18,2 miliar dan tahun 2018 lalu menjadi Rp31,7 miliar. Tentu ini merupakan hal positif untuk semakin mempercepat pembangunan di Jawa Tengah,” beber gubernur.

Orang nomor satu di Jateng itu mengatakan akan terus mengoptimalkan potensi zakat dan optimalisasi penyerahan kepada penerimanya.

“Mudah-mudahan apa yang diraih kami ini dapat menginspirasi daerah-daerah lain di Indonesia, sehingga pengelolaan zakat lebih optimal,” ucapnya.

Wapres Jusuf Kalla mengapresiasi optimalisasi zakat di Indonesia. Apalagi, jumlah penerimaan zakat yang disalurkan melalui Baznas tiap tahun semakin naik.

“Saya mendapat informasi, di tahun 2017 terkumpul dari Baznas sebesar Rp6,2 triliun dan naik pada 2018 di angka Rp8 triliun. Peningkatan ini cukup signifikan, meskipun masih bisa dioptimalkan,” kata JK.

Wapres meminta, Baznas tidak hanya fokus pada bagaimana optimalisasi penerimaan zakat. Namun menurutnya, hal utama yang harus dilakukan adalah pemanfaatan dari zakat-zakat itu.

“Penyalurannya yang harus dilakukan sebaik mungkin. Sebab ini menyangkut kepercayaan dari masyarakat, khususnya para pemberi zakat,” bebernya.

Selain mengoptimalkan penerimaan zakat dari dalam negeri, Wapres juga meminta agar Baznas menjalin kerjasama dengan Amil Zakat dari luar negeri. Menurutnya, banyak sekali negara dengan penduduk muslim besar di dunia yang ingin bekerja sama.

“Misalnya Qatar, Arab Saudi, Malaysia dan banyak negara lain yang di negaranya sudah makmur, mereka bingung untuk menyalurkan zakatnya. Nah potensi ini juga harus bisa ditangkap oleh Baznas untuk lebih berdaya guna lagi,” tutupnya.

 

Penulis : Bw, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Sl, Humas Jateng

Berita Terkait