Di Balik Murid Nakal, Selalu Ada Guru Sabar

  • 21 May
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Rona bahagia terpancar dari wajah siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 2 Semarang. Meski pengumuman kelulusan baru dilaksanakan pada 2 Juni mendatang, Minggu (21/5) itu, mereka tetap antusias mengikuti rangkaian Penglepasan Siswa Kelas IX SMP 2 Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 bertajuk The Story Unfold di Balairung Universitas PGRI Semarang (UPGRIS)  didampingi orang tua/wali murid.

“Anak kita kelas IX yang berjumlah 240 peserta didik, alhamdulillah sudah menempuh ujian, baik ujian sekolah maupun ujian nasional. Kita berbahagia karena tidak ada satu anak pun yang sakit atau menempuh ujian susulan. Tahap berikutnya kita terus berdoa agar anak-anak kita lulus dan nilai ujiannya maksimal,” ujar Kepala SMPN 2 Semarang Teguh Waluyo SPd MM saat membuka acara penglepasan tersebut.

Harapan Teguh serentak diamini oleh para siswa dan orang tua/wali murid yang hadir. Senyum para siswa kian mengembang ketika mengetahui Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP dan istri Hj Atikoh Ganjar Pranowo menyusul hadir saat rangkaian seremoni berlangsung. Keduanya bergegas menuju Balairung UPGRIS usai gowes dan meresmikan acara Grand Final Polisi Cilik di Lapangan Pancasila, Simpang Lima. Mereka hadir untuk mendampingi putra semata wayangnya, M Zinedine Alam Ganjar, siswa kelas IX G SMPN 2 Semarang, mengikuti acara pengelepasan tersebut.

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu didapuk menyampaikan sambutan sebagai perwakilan orang tua/wali murid. Seketika, Ganjar mengenang masa di mana dia masih mengenakan seragam putih biru. Menurutnya, saat itu Ganjar muda termasuk salah seorang remaja laki-laki yang bandel.

“Saya ingat kembali masa-masa saya SMP itu ternyata saya lumayan badung. Saya SMP masih main sepeda keliling lapangan, pinjam punya teman. Sekali-kali mancing dengan teman-teman. Sekali-kali mangga tetangga juga kita ambil,” kenangnya sambil tersenyum.

Di balik kenakalannya itu, Ganjar mengaku selalu ada guru yang dengan penuh kesabaran menasehatinya. Mereka mengajarkan apa yang baik maupun  tidak baik dilakukan oleh siswa agar anak didiknya memiliki budi pekerti yang baik. Ajaran moral itu kini sering disebut pendidikan karakter.

“Selalu ada cara-cara menarik Bapak/Ibu guru mengingatkan kita karena kebadungan-kebadungan kita. Ada sebuah proses pendidikan yang tidak hanya intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. Itulah yang langsung membentuk karakter anak. Ada belajar dari kesalahan. Maka saat di sekolah anak-anak diajarkan mana yang benar, mana yang tidak benar, mana yang boleh, dan mana yang tidak boleh,” terangnya.

Menurut alumnus UGM itu, pendidikan karakter hendaknya merujuk pada konsep pengajaran yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing mady mangun karsa, dan tut wuri handayani. Ketika melihat anak didiknya berperilaku nakal, guru tidak serta merta menghukum siswa dengan kekerasan. Guru justru ditantang memberikan teladan dengan cara-cara menyenangkan agar siswa senantiasa nyaman saat belajar di sekolah.

“Kalau kita bicara konsep belajar Ki Hajar Dewantara, itulah yang mestinya hari ini ada. Kalau di depan, guru itu memberikan contoh. Kalau di tengah dia bisa mendorong dan menyemangati anak-anaknya.  Maka pengajaran dengan gaya Ki Hajar Dewantara dengan Taman-nya Siswa itu yang membuat siswa merasa senang, mereka selalu merasa rindu dan cinta dengan guru dan sekolah mereka,” bebernya.

Senada dengan sang ayah, Alam Ganjar pun memaknai masa belajarnya di SMPN 2 Semarang sebagai proses metamorfosa karakter dari anak-anak menjadi remaja yang berbudi pekerti. Terlebih, menurutnya para guru selalu mengedepankan pendidikan karakter saat proses belajar mengajar berlangsung di sekolah.

“Jenjang SMP ini adalah proses dari anak-anak menjadi remaja. Jenjang ini sangat penting untuk kemudian hari. Terutama kurikulum sekolah sangat menonjolkan pendidikan karakter. Kalau dulu sifatnya kekanak-kanakan, setelah belajar di SMPN 2 menjadi lebih dewasa, lebih sopan, dan nilai-nilai ke-Indonesia-an juga sangat ditanamkan oleh para guru,” ungkapnya.

Alam merasa senang karena baik para guru maupun kedua  orang tua selalu mendukung dirinya untuk meraih cita-cita. Pada acara tersebut, Alam memeroleh penghargaan dari almamaternya karena telah menorehkan prestasi akademik hingga tingkat internasional. Dia memperoleh medali emas saat mengikuti kompetisi Science Camp Korea. Dia juga menyabet Juara I Pelajar Teladan Putra 2015. Tak hanya prestasi akademik, Alam juga mengembangkan kompetensi nonakademik dengan bermusik bersama personel bandnya di sekolah.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait