Beroperasi Maret 2018, “Floating Airport” Diminta Tak di Bawah Standar

  • 10 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – PT Angkasa Pura I menargetkan Bandara A Yani yang kini pengerjaannya mulai memasuki paket III (pembangunan terminal) bisa beroperasi pada Maret 2018. Untuk mencapai target itu, percepatan terus dilakukan.

Project Manajer PT Angkasa Pura I, Toni Alam mengakui sempat ada keterlambatan pengerjaan paket III, terutama pada proses lelangnya. Namun, saat ini realisasi fisik sudah mencapai 6,536 persen dari rencana yang hanya 0,741 persen. Pengerjaan paket III dijadwalkan selesai dalam 18 bulan. Untuk paket IV yang merupakan bangunan supporting seperti gedung parkir dan cargo, masih dalam proses tender. Pihaknya berharap, pada bulan ini sudah ada penandatanganan kontrak, sehingga pengerjaan fisik bisa dimulai September.

“Dengan asumsi durasi waktu 18 bulan, akan selesai Februari 2019. Paket lima adalah water management karena konsep bandara kita floating airport, sehingga kita harus jaga supaya kawasan airnya tetap ada,” jelas Toni kepada Deputi Setwapres, Ir Togar Silaban M Eng, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP, dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti dalam Rapat Koordinasi Progress Pengembangan Bandara Ahmad Yani di Hotel Puri Garden, Rabu (9/8).

Karena itu, pihaknya akan membuat water ponding sebanyak delapan unit. Antisipasi yang dilakukan agar tidak kekeringan dan kebanjiran. Saat ini pembuatan water ponding sedang dalam proses desain, dan diharapkan Januari 2018 sudah mulai pekerjaan fisik.

Untuk pengerjaan paket I yang meliputi lahan dan jalan akses, lanjut dia, progress pekerjaan sudah mencapai 91,119 persen dari rencana 87,887 persen. Sehingga, pada Oktober ini diprediksi sudah bisa selesai. Sedangkan untuk paket II yang meliputi apron dan taxi way sudah selesai 100 persen beberapa waktu lalu dan ada perpanjangan pemeliharaan.

“Jadi ini adalah upaya kita untuk speed up operasional di Maret 2018. Terminal kita ini punya dua lantai. Lantai dua khusus untuk departure lounge. Dengan minimum requirement ini, kita tidak bisa menyelesaikan lantai dua secara keseluruhan. Sehingga saat operasional nanti, yang akan kita gunakan hanya lantai satu. Konsekuensinya, ruang-ruang yang tadinya koridor kedatangan, akan kita manfaatkan untuk ruang tunggu domestik,” urai dia.

Mengenai target operasional Bandara A Yani pada Maret 2018, Deputi Setwapres Togar Silaban meminta agar target itu menjadi pegangan semua pemangku kepentingan. Mulai dari kontraktor, pengawas, project management, PT Angkasa Pura di pusat hingga pemerintah daerah (Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang).

“Jadi komitmen untuk operasional betul-betul harus dipegang semua pihak. Jadi Maret 2018 apapun yang terjadi bisa beroperasi, walaupun belum full capacity. Ini harus kerja bandung bondowoso,” tandas dia.

Sekda Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono mengapresiasi target yang ditetapkan PT Angkasa Pura I. Target itu lebih cepat dari keinginan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP sekitar Juni 2018 atau menjelang lebaran tahun depan. Untuk itu, dia meminta progress report pembangunan dilaporkan kepada pemerintah provinsi dan Kota Semarang.

Sekda juga berpesan agar saat operasional nanti jangan sampai ada masalah, meski belum semua paket pekerjaan selesai 100 persen. Sebagai contoh, karena drainase yang belum selesai mengakibatkan banjir di kawasan bandara.

“Kalau kita lihat, di bulan Februari 2019, semua baru clear. Kalau bisa maju ya dimajukan. Pengalaman kita di terminal tiga Bandara Soekarno Hatta juga tambal sulam. Saat dipakai sempat ambruk dan bocor. Ini dijaga Mas Toni. Walaupun sudah operasional bukan berarti operasional di bawah standar bisa dipakai,” tegasnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait