Berkat Ganjar, Gaji Guru Honorer Naik yang Dulu Rp200 Ribu Jadi Rp2,3 Juta

  • 25 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

TEGAL – Ekasari Lukitawati genap sembilan tahun menjadi guru tidak tetap (GTT) di Sekolah Dasar Luar Biasa Kota Tegal. Sempat mengecap honor Rp200 ribu per bulan, kini ekonominya membaik berkat kebijakan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menggajinya Rp2,3 juta per bulan.
Saat ditemui, ia tengah mengajar muridnya Muhammad Sanubari (9). Dengan sabar, ia membimbing bocah dengan keterbatasan intelektual (tuna grahita) itu dalam mengeja dan menulis.
Eka bercerita, sebelumnya ia pernah berkarier sebagai personalia perusahaan di Jakarta. Namun panggilan jiwa menuntunnya beralih profesi sebagai guru.
“Saat jadi HRD, saya menangani ribuan karyawan, jobdesk banyak, tanggung jawabnya besar. Entah kenapa saya lebih enjoy bersama anak berkebutuhan khusus,” sebutnya, di SDLB Kota Tegal, Rabu (24/11/2021)
Mengikuti passion-nya, sejak 2012 ia mengajar di SDLB Kota Tegal dengan bekal Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Meski dibebani mengajar beberapa kelas, Eka hanya mendapat honor Rp200 ribu per bulan.
Bertahun-tahun melakoni pekerjaan dengan gaji minim tak membuat semangatnya kendur. Hingga kemudian kewenangan pembinaan sekolah luar biasa, termasuk SMA dan SMK, dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pelimpahan kewenangan itu, berpengaruh kepada pendapatan Eka. Gubernur Ganjar mengambil kebijakan gaji guru honorer SMA, SMK, dan SLB disesuaikan dengan Upah Minimum Kota (UMK) ditambah 10 persen. Sejak 2017, gaji Eka yang semula Rp200 ribu berlipat menjadi jutaan rupiah.
“Honor kita pakainya UMK, kita digaji  sekitar Rp2,3 juta. Alhamdulilah naik 10 kali lipat,” paparnya.
Eka  pun membalas perhatian Pemprov Jateng dengan prestasi. Ia mengikuti sejumlah lomba yang mengantarkannya juara di tingkat nasional.
“Tahun 2019 saya coba ke tingkat nasional. Alhamdulilah dapat juara dua kategori guru inovasi pembelajaran di Kemendikbud. Saya juga mengajar murid dengan hati. Anak-anak saya bisa menunjukan progresnya, itu kebahagiaan saya,” paparnya.
Batal Jadi TKW
Cerita berbeda dialami Titin Wulan Purnami. Guru Bimbingan Konseling SMA N 2 Kendal ini malah sempat ingin berhenti jadi pendidik gara-gara gajinya hanya Rp300 ribu per bulan.
Padahal selain kebutuhan keluarga, Eka juga harus membantu biaya kuliah adiknya. Karena itulah, Titin berfikir untuk mencari peruntungan lain dengan menjadi TKW di Jepang.
“Saya kan punya ijazah Bahasa Jepang, sempat bilang ke suami mau kerja di Jepang saja,” kenangnya.
Titin diliputi dilema. Selain nantinya jauh dari keluarga, ia juga sangat menyayangi pekerjaannya sebagai pengajar.
“Semangat saya ya di anak-anak itu (murid). Karena ini juga almamater saya, saya sekolah di sini. Itu yang nggondheli saya,” ujarnya.
Kesabaran Titin berbuah manis. Mulai 2017 honornya disamakan dengan UMK Kendal ditambah 10 persen.
“Sekarang saya terima Rp2.560.000, setiap tahun ada peningkatan. Kita dihargai oleh provinsi, ya diuwongke tadi,” pungkas Titin.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng Suyanta berharap, perhatian yang diberikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dibalas dengan sikap profesional. Ia meminta guru di bawah naungannya peka terhadap teknologi.
“Di era digitalisasi 4.0 dan 5.0 plus era pandemi, guru diharap meningkatkan profesionalitasnya. Berdedikasi untuk membangun sumberdaya manusia (SDM) anak-anak kita sebagai pewaris bangsa,” terang Suyanta.
Data Disdikbud Jateng, jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) mencapai 12.866 orang. Sementara, jumlah Pegawai Tidak Tetap (PTT) mencapai 8.580 orang. Sementara, realisasi anggaran tahun 2020, untuk GTT berjumlah Rp 315 miliar dan untuk PTT Rp 211 miliar. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)
Titin Purnami

Ekasari

Berita Terkait