Belum PSBB, Kota Semarang Akan Maksimalkan Jogo Tonggo

  • 24 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memilih “Jogo Tonggo” untuk menahan laju penularan virus Corona (Covid-19) di wilayahnya. Gerakan yang berbasis tiap RW itu bakal mendapat support dari 48 tim patroli gabungan di pos pantau Jogo Tonggo.
Hendi, sapaan walikota Semarang mengatakan, saat ini jumlah kasus Covid-19 di Kota Semarang terbanyak di Jawa Tengah. Total pasien terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 148 orang, dengan total sembuh 50 orang. Sementara, 29 pasien meninggal, yang terdiri dari 21 orang merupakan warga Semarang serta delapan orang warga luar kota.
Menyikapi perkembangan yang signifikan tersebut, Hendi mengatakan intensif berkonsultasi dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, terkait apakah akan diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau tidak. Salah satu hasil konsultasi itu adalah pilihan memberlakukan Jogo Tonggo, yakni pembatasan sosial non-PSBB.
“Sudah kami rapatkan Perwalkot pembatasan wilayah non-PSBB yaitu dengan model Jogo Tonggo. Hari Senin gerakan itu kita berlakukan. Dasarnya semangat kondisi tanggap bencana, yang nanti akan mengatur tempat kerja, usaha, pendidikan dan kegiatan masyarakat,” kata Hendi usai mengikuti rapat bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta bupati dan wali kota di Semarang Raya, Jumat (24/4/2020).
Dengan pemberlakuan Jogo Tonggo, Hendi menjelaskan di tingkat kelurahan dipersilakan melakukan karantina wilayah dengan portal, kalau tidak ada dari bambu atau apa saja.
“Saat ini kami juga sudah melaksanakan sistem lumbung pangan kelurahan, meskipun basis kegiatannya ada di tingkat RW. Tapi ini sudah ready,” katanya.
Pemberlakuan Jogo Tonggo tersebut nantinya bakal mendapat support penuh dengan keberadaan pos pantau. Total ada 16 pos pantau yang disiapkan Pemkot Semarang. Di mana setiap satu pos pantau akan dijaga oleh tiga tim.
“Kita menaruh 16 pos pantau, delapan pos ditaruh di perbatasan dengan wilayah lain, delapan pos pantau di kota. Yang setiap pos pantau ada tiga tim patroli. Anggotanya TNI Polri, dishub, Satpol-PP dan tenaga kesehatan. Total ada 48 tim patroli,” ungkapnya.
Hendi mengatakan Jogo Tonggo tersebut bakal mulai diberlakukan pada Senin (27/4/2020). Sementara Sabtu dan Minggu besok dimanfaatkan untuk persiapan dan sosialisasi ke masyarakat. Hendi berharap dengan cara tersebut, kasus Covid-19 di Semarang bisa menurun.
“Pergerakan di Semarang tidak pernah ada berita klaim penurunan. Mudah-mudahan dengan banyaknya tim dan pos pantau, angka Covid-19 di Semarang bisa menurun,” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan dalam pemberantasan Covid-19 ini jangan sampai membiarkan tenaga medis jadi benteng terdepan. Masyarakatlah yang mestinya menjadi garda terdepan dengan bersenjatakan air mengalir, sabun dan masker. Dan menerapkan strategi inti, tetap tinggal di rumah dan jaga jarak.
“Basisnya desa atau kampung. Mengapa? Ruang yang lebih kecil bisa kita lakukan kendali yang lebih manageable. Kalau kita mau tetapkan PSBB, sudahkah kita menghitung dan siap? Kalau belum, kita latihan dulu dengan melakukan tindakan seperti PSBB. Pasar mulai kita ubah mulai besok. Yang ke sana harus cuci tangan, wajib pakai masker, kalau tidak suruh pulang,” tandas Ganjar. (Humas Jateng)

Berita Terkait