Bangkitkan Kembali Kejayaan Rempah Nusantara

  • 16 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Rempah-rempah Indonesia terkenal sejak zaman penjajahan Belanda, namun kini surut karena digeser komoditas lainnya. Sudah saatnya seluruh pihak bersama mendukung bangkitnya kembali rempah nusantara. Apalagi dari 7.000 jenis rempah yang ada, hanya empat persen yang dimanfaatkan.

“Rempah itu barangnya kecil tapi nilainya besar. Sumbangan rempah Indonesia pun sangat tinggi, maka harus menjadi perhatian kita. Potensi beragam rempah nusantara perlu digali,” ujar Sekda Provinsi Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP di sela-sela kegiatan Pekan Poros Maritim Berbasis Rempah di Museum KAI Lawang Sewu, Semarang, Kamis (16/11).

Ia mencontohkan potensi jahe emprit sebagai bahan baku pembuatan jamu, obat, kosmetik, dan lainnya. Ini merupakan peluang bagi para petani untuk mengembangkan sekaligus meningkatkan dan produktivitas guna menenuhi permintaan pasar nasional maupun luar negeri.

“Pada lelang tadi, jahe emprit dari petani asal Boyolali seharga Rp 6.000 per kilogram hanya dalam waktu lima menit sudah laku 100 ton, dan langsung kontrak awal Desember sampai pertengahan Desember,” kata Sekda.

Selain jahe, lanjut dia, bermacam jenis rempah masih melimpah dan pasti laku terjual atau terserap ke berbagai industri. Karenanya, sekarang petani jangan hanya berorientasi pada komoditas unggulan dan mengabaikan rempah, karena negeri Indonesia kaya akan rempah.

Guna mendukung pengembangan dan peningkatan produktivitas rempah, berbagai upaya kerja sama dengan instansi atau lembaga lain dilakukan pemerintah. Seperti kerja sama antara Pemprov Jateng, Perhutani, serta masyarakat dalam pemanfaatan lahan perhutani untuk penanaman hortikultura dan rempah-rempah.

“Petani sudah ada kerja sama, sehingga semua harus dijaga. Khususnya kualitas, kuantitas, serta kontinyuitas, karena penyakit kita, kalau sudah laku lalu kualitas dibaikan. Sehingga pabrik ada jaminan pasokan bahan baku, sedangkan petani mempunyai jaminan pemasaran,” terangnya.

Sementara itu, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekda Sri Puryono, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP menyampaikan meskipun ragam rempah di tanah air melimpah, namun sampai saat ini Indonesia baru memanfaatkan empat persen dari 7.000 jenis rempah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 90 persen pengelolaanya dilakukan petani.

“Kondisi tersebut sangat disayangkan, karena kalau ribuan jenis rempah kita manfaatkan secara benar dan optimal, maka hasilnya memuaskan. Terlebih rempah Indonesia sangat perlukan orang di seluruh dunia, baik untuk pengobatan maupun keperluan lainnya,” bebernya.

Menurut gubernur, produksi komoditas rempah Indonesia seharusnya dapat mengangkat perekonomian bangsa dan menyejahterakan masyarakat. Namun kini kejayaan rempah nusantara sebagai komoditas utama perdagangan Indonesia mulai surut karena tergantikan oleh komoditas lain.

“Ini menjadi tanggung jawab kita semua. Diperlukan sinergitas antara pemerintah, stakeholder terkait, serta masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Ir Bambang MM menyebutkan, sejak dua tahun terakhir pemerintah fokus pada upaya membangun poros maritim, salah satunya membangun tol laut. Dengan adanya tol laut diharapkan kebuntuan transportasi terutama transportasi air dapat teratasi.

“Ini saatnya bagaimana tol laut yang sudah dibangun ini, dimanfaatkan dengan membangkitkan semua potensi perkebunan di berbagai daerah. Terutama rempah yang sejak dahulu merupakan kekayaan luar biasa,” katanya.

Beragam rempah, lanjut Bambang, akan selalu dibutuhkan oleh manusia. Mulai dari makan, kosmetik, obat, jamu, dan lainnya memerlukan rempah-rempah sebagai bahan baku. Semakin tingginya kebutuhan manusia akan rempah, seharusnya semua sadar jika Indonesia sudah mempunyai modal dasar sebagai penghasil rempah paling baik di dunia.

“Kalau kita tidak segera sikapi, menggerakkan dan membamgkitkan kembali potensi rempah, maka kita akan rugi besar. Kehadiran relawan rempah memadukan poros maritim dengan kekuatan rempah, ini akan menjadi kekuatan besar bagi Indonesia mengawal rakyat kita menuju kemakmuran,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut, selain pembukaan Pekan Poros Maritim Berbasis Rempah juga dibacakan deklarasi relawan rempah, minum jamu “wedhang rempah” bersama, serta digelar pasar lelang rempah dan komoditas unggulan dari berbagai daerah di Jateng dan luar Jawa.

Selain Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Ir Bambang MM, kegiatan yang berlangsung 16-19 November tersebut, juga dihadiri bupati dan wali kota atau yang mewakili dari seluruh Indonesia, pengusaha, serta pengurus Dewan Rempah.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait