Atikoh Beberkan Enam Resep Asuh Anak di Masa Pandemi

  • 24 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG –  Anda pernah mendapat kritikan dari anak? Jangan resisten dan antipati terhadap pendapat anak. Sebab, hal itu justru membuat anak malas berkomunikasi dengan orang tua. Jadikan kritikan anak sebagai instropeksi diri, agar orang tua semakin baik lagi.

 

Hal itu ditegaskan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, saat membuka seminar daring Manajemen Emosi Orang Tua dalam Pelaksanaan Pola Asuh Anak dan Remaja di Masa Pandemi Covid-19, Selasa (24/11/2020).

 

Menurutnya, selama Pandemi Covid-19, rentan terjadi gesekan antara orang tua maupun anak. Bagaimana tidak, saat wabah corona, baik anak atau orang tua lebih banyak berada di rumah, karena sekolah libur atau bekerja dari rumah.  Perbedaan faktor psikologis dan permasalahan ekonomi yang mendera, akhirnya membuat hubungan orang tua dan anak justru tidak harmonis.

 

Dengan kondisi tersebut, kata Atikoh, ada enam strategi yang harus dikembangkan. Pertama, strategi ketahanan komunikasi, ketahanan keluarga, ketahanan sosial, ketahanan fisik, dan psikologis, serta keagamaan.

 

“Contohnya ketika kita berkomunikasi, bahaslah kegiatan yang ringan-ringan, akan tetapi tetap diselipi pesan moral. Dari segi ketahanan keluarga kita dituntut kreatif, contohnya dari PKK kita berkebun di halaman rumah. Sekaligus hal itu bisa dijadikan sarana pembelajaran bagi anak-anak kita,” tuturnya.

 

Dari segi ketahanan sosial, Atikoh memberi saran agar kader PKK menumbuhkan rasa peka terhadap tetangga sekitar. Ketahanan fisik juga perlu dibangun, dengan mengajarkan olahraga bagi diri sendiri dan keluarga.

 

“Ketahanan psikologis dan keagamaan pun penting dipelihara. Sebagai contoh, agama biasakanlah kita juga mencurahkan isi hati hanya kepada Tuhan. Meskipun, jawabannya tidak langsung, namun ketika kita ikhlas selalu ada jalan,” imbuh Atikoh.

 

Psikolog anak Isti Ilma Patriani mengungkapkan, strategi komunikasi positif bisa dilakukan dengan memahami psikologis anak. Ia mengatakan, anak merupakan individu yang rentan.

 

“Saat kita emosi, kita cenderung mengekspresikannya dengan kata-kata negatif. Hati anak layaknya dinding, sementara kata-kata negatif layaknya paku. Jika, sering dimarahi, hati anak pasti terluka,” ujarnya.

 

Ia mencontohkan, jika anak sedang rewel jangan mengalihkan perhatiannya agar cepat diam. Namun tenangkan dan meyakinkannya jika orang tua berada di dekat si anak.

 

Menurutnya, hal itu adalah bagian dari mengekspresikan emosi. Karena menurut Isti, mengeluarkan emosi dengan membiarkan hal tersebut secara positif penting untuk kesehatan mental. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait