33 Tahun Honorer, Pemprov Jateng Wujudkan Mimpi Guru Jadi PPPK

  • 02 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SURAKARTA – Kebahagiaan terpancar dari raut wajah Rini Udayanti. Perempuan yang telah mengabdi menjadi guru honorer selama 33 tahun di SMK Santo Paulus Surakarta, kini telah diterima menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).

Guru pengampu mata pelajaran kimia dan produk kreatif kewirausahaan ini bisa mengajar di tempat baru yaitu SMAN 1 Surakarta. Di era Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mimpi guru berusia 59 tahun ini bisa membaik kesejahteraannya dengan diangkat PPPK.

“Saya sekarang diterima di guru PPPK. Penempatan di SMAN 1 Surakarta. Di SMK lama saya menjadi honorer itu 33 tahun. Cukup lama di sana. Beberapa tahun lalu, saya pernah mencoba untuk daftar jadi ASN tapi belum berhasil. Mungkin belum beruntung. Jadi saya harus menunggu sampai 33 tahun ini baru ada kesempatan rekrutmen, saya menjalani, dan saya diterima,” kata Rini di SMAN 1 Surakarta, Selasa (1/9/2023).

Ia menuturkan, baru di era Gubernur Ganjar, akhirnya bisa menjadi PPPK. Oleh karena itu, ia sangat berterima kasih dengan gubernur dan juga pihak terkait yang turut membantunya, hingga bisa diterima menjadi guru PPPK. Seperti dari BKD, dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII.

“Saya yakin Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu akan memerhatikan nasib-nasib guru honorer seperti saya. Walaupun saya tidak menuntut untuk ini. Kalau melihat, saya juga tidak yakin. Tapi ternyata pada era ini, terima kasih pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memerhatikan kami. Masih ada teman-teman yang di belakang belum terangkat. Saya salah satu, yang pada periode ini saya diangkat menjadi PPPK. Sungguh luar biasa,” ucapnya.

Mantan guru tetap di SMK Santo Paulus Surakarta ini menuturkan, dengan diterimanya menjadi PPPK, jelas itu sama saja sangat membantunya. Utamanya bagi para guru honorer. Yang membuatnya bersyukur pula yakni penempatannya di Solo atau masih di dalam kota tempatnya tinggal.

Ia mengenang, dulu saat masih mengajar di sekolah lama, jumlah honor yang diterima menyesuaikan kondisi finansial sekolah. Lantaran, pemasukan juga dari SPP siswa. Bahkan, kadang gaji dibayarkan terlambat.

“Saya guru tetap yayasan, itu hanya Rp1,5 juta per bulan. Ketika usia saya 58 tahun, saya harus pensiun. Maka saya berubah menjadi guru tidak tetap (di sekolah lama). Ketika menjadi guru tidak tetap, gaji dari yayasan, saya hanya mendapatkan ketika itu Rp359 ribu per bulan. Saya jalani selama dua tahun, saya tetap mengabdi. Karena yang namanya guru itu panggilan hidup saya. Saya tidak bisa ke mana-mana. Saya bahagia, dan saya suka ketika saya bisa mengabdikan ilmu saya, memberikan ilmu kepada siswa-siswi,” bebernya.

 

Menikmati Pekerjaan

Tak jauh beda juga disampaikan guru honorer lain yang diterima PPPK. Adalah, Fersiana Wulandari, guru SLBN Purworejo ini kini diterima jadi PPPK di SMAN 9 Purworejo. Keinginannya terwujud setelah ia mengabdi hampir 15 tahun lamanya.

Guru pengajar pelajaran Bahasa Inggris ini kini lega, karena Gubernur Ganjar Pranowo telah memperjuangkan nasib para guru sehingga bisa menjadi tenaga PPPK. Ia tak menyangka jika akan diterima di PPPK Pemprov Jateng.

“Terima kasih sekali kepada Pak Gubernur Jateng Bapak Ganjar Pranowo dan seluruh pihak terkait. Sudah memperjuangan PPPK sampai akhirnya seumur ini hampir 40 tahun, Alhamdulillah masih bisa diangkat PPPK. Tadinya saya sudah putus harapan, CPNS kan 35 tahun. Umur saya sudah lewat. Ternyata PPPK masih bisa katut. Terima kasih,” ujar Fersi, di Purworejo.

Masih teringat di benaknya, honor kali pertama mengajar sebelum jadi PPPK, sekitar Rp100 ribu per bulan. Terus honornya perlahan naik Rp25 ribu, hingga Rp100 ribu. Sampai pada akhirnya menjadi guru tidak tetap (GTT) provinsi dengan nilai honor terakhir Rp2 juta.

Ia amat menikmati pekerjaannya. Apalagi dengan mengajar siswa berkebutuhan khusus itu, menurutnya, membuat dirinya tertantang. Menurutnya, kalau dengan mengajar anak berkebutuhan khusus itu lebih banyak sukanya ketimbang duka. Dulu ia pernah memiliki pengalaman pahit ketika pertama mengajar anak autis. Yaitu ada anak yang tidak bisa diam, memanjat pagar, memanjat pohon, dan membuatnya kewalahan. Hingga ia menemukan triknya mengajar di SLB.

Guru PPPK lainnya, Ganjar Widiantoro juga menuturkan, ia menjadi guru honorer di SLB Purworejo selama 13 tahun. Dengan mata pelajaran yang diampunya adalah Bahasa Indonesia. Dengan nilai honor yang diterima mulai dari Rp100 ribu per bulan sampai akhirnya jadi Rp2 juta per bulan ketika jadi GTT provinsi.

“Saya bersyukur sekali karena di usia 37 tahun ini, untuk PNS sudah tidak memenuhi umur. Tapi adanya PPPK ini Alhamdulilah sekali, berterima kasih kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo karena telah memedulikan nasib kami,” ucapnya yang kini jadi PPPK di SMAN 4 Purworejo.

Sebagai informasi, sebanyak 13.302 orang GTT SMA/SMK/SLB baik negeri maupun swasta, berhasil diangkat menjadi PPPK. Jumlah itu merupakan perekrutan tahun 2021 tahap 1 dan tahap 2, serta tahun 2023. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait