Praktikkan PHBS, Hidupkan Kegiatan Sosial

  • 03 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Ungaran – Seberapa banyak Anda bergerak sepanjang hari ini? Apakah Ibu memasak sendiri makanan untuk keluarganya?

Plt Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Sudarli Heru Sudjatmoko melalui Wakil Ketua IV Hj Tuty Hendrawan menyampaikan perkembangan teknologi belakangan ini memang berdampak pada perubahan pola hidup pada masyarakat,
yang cenderung tidak aktif secara fisik. Bahkan tidak sedikit anak muda yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengoperasikan telepon genggam. Baik sebagai sarana mencari informasi, komunikasi, maupun untuk hiburan.
Tuty mengutip hasil penelitian lembaga riset Digital GFK Asia pada lima kota besar di Indonesia akhir 2015, di mana orang Indonesia menghabiskan waktu 5,5 jam per hari di hadapan smartphone. Apalagi di era masyarakat digital seperti sekarang ini, yang membuat semua layanan bisa diakses secara online. Mulai dari transportasi, transaksi perbankan, pembayaran listrik, telepon, hingga pemesanan makanan, bisa dilakukan secara online.
“Artinya, tanpa perlu banyak gerak, apa-apa yang menjadi kebutuhan kita dapat terpenuhi lewat perangkat smartphone,” bebernya, saat membuka Temu Kader Dalam Rangka Penanggulangan Masalah Kesehatan Prioritas Bagi Kader PKK Kabupaten/ Kota se-Jateng, di Monumen PKK Ungaran, Selasa (3/4).
Ditambahkan, tak hanya kecenderungan enggan bergerak, pola konsumsi masyarakat pun berubah. Saat ini masyarakat lebih akrab dengan makanan siap saji, penggunaan bumbu instant dengan kadar garam dan penguat rasa yang tinggi, kadar gula yang tinggi, serta rendah kandungan buah dan sayur.
Permasalahan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks berdampak pula pada pergeseran pola penyakit, atau yang dalam dunia medis sering disebut transisi epidemiologi. Jika pada era 1990-an, penyebab utama kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas, TBC dan diare, maka sejak 2010, bergeser pada penyakit yang tidak menular (PTM), seperti stroke, jantung dan kencing manis.
“Dan jenis penyakit tidak menular ini tidak hanya menyerang usia tua, tetapi sudah merambah ke usia muda dan mencakup semua kalangan baik kaya maupun miskin. Mereka yang tinggal di kota maupun desa, tidak luput dari ancaman penyakit yang tidak hanya mematikan ini, tapi juga memiskinan penderita dan keluarganya,” ungkap Tuty.
Melihat kondisi tersebut, dia terus mengingatkan kader PKK untuk berperan aktif membangun kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar berperilaku sehat. Caranya, dengan memraktikkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari mulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, nantinya akan berkembang di lingkungan masyarakat sekitar. Mereka juga diminta menghidupkan kegiatan sosial seperti senam sehat di lingkungan tempat tinggal, Posyandu, gotong-royong membersihkan lingkungan.
“Ajak anak-anak kita, keluarga kita agar lebih menyukai konsumsi ikan, susu, buah dan sayur. Jauhkan keluarga kita dari pengaruh rokok, alkohol dan narkoba. Atur jam belajar, jam mengaji anak-anak kita, hindarkan mereka dari tayangan yang tidak mendidik dengan membatasi jam menonton televisi atau bermain handphone. Setidaknya upaya itulah yang bisa kita lakukan, jadilah agen perubahan untuk mewujudkan masyarakat hidup sehat,” beber Tuty.
Dalam temu kader tersebut, dia kembali mengingatkan empat peran strategis kader PKK yang harus selalu dipacu dan dilaksanakan sepenuhnya di tengah-tengah masyarakat. Pertama, kader PKK sebagai inisiator, yaitu kader dapat menjadi sumber ide, gagasan dan inisiasi program kegiatan yang konstruktif dan bermanfaat bagi masyarakat. Kedua, kader PKK berperan sebagai motivator, di mana kader harus mampu menjadi pendorong, penggerak, pemicu pembaruan dan gerakan sosial lain. Ketiga, kader PKK memainkan peran fasilitator sebagai pendamping kegiatan masyarakat.
“Dan keempat, kader PKK sebagai dinamisator, kader yang mampu mendinamisasikan masyarakat, menuju Jateng sejahtera dan berdikari,” tandas Tuty. (Ul, Diskominfo Jateng)
   

Berita Terkait