Ketika Semprul Diperalat Sebarkan Hoaks

  • 13 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

BOYOLALI – Penampilan Forum Komunikasi Media Tradisional (Metra) Kabupaten Temanggung mengawali Final Pertunjukan Rakyat FK Metra Jawa Tengah 2019, di Kebun Raya Indrokilo Kabupaten Boyolali, Jumat (13/9/2019). Mengusung lakon Serik, mereka sukses menyuguhkan kesenian Bangilun yang kental dengan pesan antihoaks.
Dikisahkan, Lurah Kledung yang difitnah tengah menjalin hubungan dengan cariknya,  seorang janda cantik, berdalih latihan kesenian Bangilun. Hoaks disebarkan melalui pesan Whatsapp, berupa foto keduanya yang telah dibumbui keterangan palsu yang menuduh keduanya punya hubungan istimewa. Adalah Semprul, yang ditugasi untuk menyebarkan berita palsu.
Kebenaran pun terkuak saat isteri Lurah melabrak di lokasi latihan. Tak terima dengan perlakuan tersebut, carik dan lurah mencari tahu siapa yang menyebarkan berita hoaks itu. Warga menyalahkan Semprul, hingga akhirnya pria itu mengungkapkan jika yang menyuruh menebarkan hoaks justru Ketua Kesenian Bangilun, Lilik, pesaing lurah saat pencalonan.
Ampun, kula kapok. Kula mboten mbaleni. Ampun dilaporaken polisi (Ampun, saya menyesal. Saya tidak mengulangi lagi. Jangan dilaporkan polisi),” ujar Lilik.
Di akhir penampilan, Lurah kembali mengingatkan jika pembuat dan penyebar hoaks bisa dipidana penjara maksimal empat tahun kurungan. Selain itu juga denda hingga Rp700 juta.
Tema hoaks juga ditampilkan FK Metra Kabupaten Karanganyar. Melalui kesenian Srantil bertajuk Jenggalek Kecrek (Bangkit Bersama), mereka menampilkan kisah persaingan tak sehat dari salah satu calon Lurah di Desa Sluman Slumun Kick. Mereka mengingatkan agar pimpinan selalu jujur, demi kemakmuran rakyatnya.
Selain kedua tim tersebut, masih ada empat tim yang tampil. Yakni, Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kota Surakarta, dan Kabupaten Boyolali. Bahasa yang digunakan pun tak hanya bahasa krama halus, ada pula peserta yang menggunakan dialek ngapak, seperti Kabupaten Brebes. Mereka pun mengisi masa persiapan dengan mengajak penonton ber-flash mop.
Ketua FK Metra Jawa Tengah St Sukirno menyampaikan, pertunjukan rakyat masih efektif untuk membantu penyebaran informasi di masyarakat. Terlebih jika pertunjukan rakyat yang digunakan masih digemari masyarakat. Jadi, di tengah pertunjukan yang dihadiri banyak orang, bisa sekaligus untuk sosialisasi program pemerintah atau informasi yang mengedukasi lainnya.
“Ini lebih efektif ketimbang pertemuan di ruangan, seperti seminar, karena menampilkan pertunjukan rakyat dengan pesan yang disampaikan menggunakan bahasa setempat,” bebernya.
Ditambahkan, ada lima hal yang menjadi prioritas penilaian. Yaitu, gerak, tari, irama, humor, dan yang poinnya paling besar adalah pesan yang disampaikan.
“Dua hal yang dilarang, penggunaan bahasa saru dan kekasaran. Sebab, penontonnya tidak terseleksi. Dari anak-anak sampai orang tua semuanya boleh menonton. Jadi, sebaik-baiknya pertunjukan, kalau penampilannya menyangkut dua hal itu, menjadi tidak baik,” tegas Sukirno. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait