Jelang Borobudur Marathon 2019, Sejumlah “Homestay Full Booked”

  • 17 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

MAGELANG – Pelaku bisnis homestay atau penginapan terus melakukan persiapan menyambut event internasional Borobudur Marathon 2019, yang akan digelar pada 17 November mendatang. Sejumlah homestay pun telah penuh dipesan peserta.

Borobudur Homestay merupakan salah satu penginapan yang full booked. Arifuddin Asfihani selaku Supervisor Balkondes Borobudur menjelaskan kamar-kamar di Borobudur Homestay telah dipesan sejak setahun lalu oleh peserta Borobudur Marathon 2018, untuk digunakan pada event serupa pada 2019 ini. Meski mengetahui peminatnya membeludak, pihaknya tidak melakukan penambahan kamar. Hanya tersedia 23 kamar dengan tiga tipe yaitu single room, couple room, dan family room. Namun, perbaikan fasilitas seperti mushola dan penambahan toilet terus dilakukan agar kebutuhan pengunjung lebih nyaman.

“Seperti tahun kemarin, sekarang booking untuk Borobudur Marathon sudah satu tahun sebelumnya. Setelah mereka check out, mereka sudah booking untuk tahun berikutnya. Jadi kemungkinan kebanyakan dari besok yang menginap adalah yang tahun kemarin,” jelasnya saat ditemui usai melayani pengunjung di Waroeng Kopi Balkondes, Minggu (16/6/2019).

Dijelaskan, penambahan kamar tidak dibolehkan pemerintah desa setempat.  Hal ini bertujuan agar masyarakat tanggap dan mengambil peluang besar pada acara tersebut dengan menyediakan homestay atau guest house.

Selain homestay, Balkondes Borobudur juga membuka usaha restoran Waroeng Kopi untuk tempat nongkrong maupun pelengkap penginapan. Sehingga, pengunjung tidak harus keluar area penginapan untuk dapat mengisi perut yang lapar. Di Waroeng Kopi itu tersedia makan besar maupun snack, dua meeting room terbuka, stand hasil kerajinan tangan masyarakat sekitar untuk dijual ke pengunjung restoran, serta galeri UKM.

Kearifan lokal begitu nampak dengan adanya alat musik gamelan yang berdendang di sudut restoran. Langgam Jawa maupun lagu-lagu Jawa Tengah di tabuh untuk mengiringi waktu makan maupun istirahat para pengunjung.

Kearifan lokal lainnya nampak dengan adanya “Andong Tilik Ndeso” yang transit di halaman restoran, untuk mengantarkan pengunjung yang berkeliling di desa-desa sekitar Borobudur. Keunggulannya, sang kusir berpakaian lengkap baju adat jawa dengan blangkon sekaligus menjadi pemandu wisata pengunjung tersebut.

“Kebetulan kita ada Andong dan juga akses jalan yang paling dekat dengan Candi Borobudur. Makanya kita buka usaha warung kopi untuk rest area, tempat istirahat, transit,” ungkap pria yang akrab disapa Hani ini.

Ia berharap, dengan adanya kearifan lokal inilah pengunjung akan merasakan “pulang” ketika sampai di Borobudur, karena masyarakat yang ramah tamah, dan merasa ingin kembali lagi ke Borobudur. (Hi/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait