Bangun Karakter Bangsa pun Tak Boleh Abaikan Teknologi

  • 21 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Karakter bangsa menjadi ciri khas yang membedakan bangsa satu dengan lainnya. Sudah semestinya manusia Indonesia yang memiliki karakter tertentu, berbeda dengan warga negara lain. Sayangnya, perkembangan teknologi saat ini membuat karakter bangsa berada dalam satu titik kritis.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang E-Government Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah M Agung Hikmati, pada pembukaan Media Gathering Pembentukan Karakter Bangsa bagi Saka Milenial, di Aula Lantai 4 Diskominfo Jateng, Jumat (20/9/2019). Menurutnya, teknologi seperti pisau dengan dua sisi, tajam dan tumpul. Mesti hati-hati dan bijak dalam menggunakannya.
Diakui, saat ini teknologi semakin menguasai dunia. Pembangunan karakter bangsa juga tak boleh mengabaikan teknologi. Pramuka juga diharapkan terus mengikuti perkembangan teknologi ini sebagai salah satu cara membangun karakter bangsa.
“Tantangannya adalah ketika digital menguasai dunia, karakter bangsa menjadi semakin rumit, maka pembangunan karakter bangsa juga harus menggunakan teknologi. Kalau hanya mengandalkan kakak-kakak pramuka ini ya tidak akan memadai. Mempertimbangkan permasalahan yang ada, salah satu solusinya dengan memanfaatkan teknologi,” beber Agung.
Hal senada juga disampaikan Tenaga Ahli Menteri Kominfo Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Donny BU. Dia menyampaikan, saat ini masyarakat sudah merasa tergantung dengan teknologi. Orang lebih memilih ketinggalan dompet ketimbang tidak membawa handphone (HP). Meski perjalanan ke kantor macet dan sudah separuhnya dilalui, jika HP tertinggal, kebanyakan orang memilih kembali ke rumah untuk mengambilnya.
Menurutnya, teknologi memang membantu manusia. Namun secara tidak langsung teknologi juga mengubah manusia. Lihat saja orang yang datang ke restoran. Mereka tetap sibuk dengan gawai masing-masing.
“Begitu pelayan datang, bukannya memesan tetapi menanyakan password wifi. Makanan datang bukannya berdoa, akan tetapi sibuk foto. Terus sepertu itu, sehingga digital ini mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,” ungkap Donny.
Ditambahkan, beberapa kasus seperti berita hoaks, radikalisme dan bullying banyak terjadi di era digital, bahkan semakin marak. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pendidikan literasi digital, agar seseorang mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk hal yang positif. Tentunya, itu menjadi tugas bersama antara pemerintah dan stakeholders, termasuk pramuka, untuk memberikan pendidikan literasi digital kepada masyarakat, khususnya generasi muda.
Nggak usah khawatir dengan dampak negatif dari internet, dampak positifnya jauh lebih banyak,” tandasnya. (Di/ Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait