Antisipasi Penyakit, Jateng Perketat Lalulintas Ternak di Perbatasan

  • 26 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan)  Provinsi Jawa Tengah membentengi wilayah perbatasan, dari lalu lintas hewan yang diduga mengidap penyakit menular. Hal itu dilakukan untuk menjamin kesehatan hewan ternak agar terbebas dari ragam penyakit RABAH, yakni Rabies, Anthrax, Brucellosis, Avian Influenza, dan Hog Cholera).

Kepala Disnakeswan Jateng Lalu Muhammad Syafriadi mengatakan, di Jawa Tengah belum ada temuan kasus penyakit menular hewan. Namun, kondisi tersebut tak lantas membuat kewaspadaan jajarannya berkurang.

Menurutnya, ada delapan langkah yang telah ditempuh guna meminimalisasi kemungkinan penyakit hewan dari luar provinsi, merambah ke Jateng.

”Di antaranya mengoptimalisasi Pos Lalu Lintas Ternak, memperketat hewan yang keluar atau hanya lewat di Provinsi Jateng. Kami juga menolak produk hewan dari wilayah yang terjangkit penyakit,” kata dia, saat konferensi pers, di Gedung A Lantai 1 Kantor Gubernur Jawa Tengah, Rabu (26/2/2020).

Selain itu, pihaknya juga fokus pada daerah yang rawan tertular penyakit hewan ternak, seperti yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Di tempat itu, penyakit Anthrax pernah menyerang ternak pada 2016. Selain itu, wilayah tersebut juga dekat dengan Kabupaten Gunung Kidul, yang pada akhir 2019 lalu sempat dilaporkan terjadi kasis kematian beberapa sapi akibat virus Anthrax.

Untuk melindungi ternak di Jateng, ujar Lalu, pada 2020 ini pemerintah daerah telah menyediakan 20.000 dosis vaksin Antrhax. Vaksin tersebut diprioritaskan untuk mencegah penyakit sapi di wilayah rawan.

Guna mengawasi lalu lintas ternak, imbuhnya, Disnakeswan Jateng telah menyiapkan 318 orang paramedik veteriner, 33 orang pengawas bibit ternak, 15 orang pengawas mutu pakan, dan 290 orang medik veteriner. Selain itu, telah disiapkan pula 71 unit Pusat Kesehatan Hewan, 22 unit laboratorium kesehatan hewan, 27 unit klinik hewan, serta 13 unit laboratorium kesehatan masyarakat veteriner. Di daerah perbatasan dengan provinsi lain, juga telah disiagakan Pos Lalu Lintas Ternak (PLLT), guna memantau hilir mudik ternak dari daerah tetangga.

”Selain itu, kami juga meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit menular dan zoonosis kepada masyarakat. Kami memberi pula pedoman beternak yang baik pada peternak,” beber Lalu.

Data Disnakeswan, jumlah sapi di Jateng mencapai 1.906.001 ekor, meliputi sapi perah dan potong. Sementara kerbau berjumlah 50.507 ekor, kambing 3.937.013 ekor, domba 2.389.721 ekor, ayam buras 40.533.383 ekor, ayam petelur 22.847.528 ekor, ayam ras pedaging 194.317.555 ekor, itik 5.331.710 ekor, dan kelinci 410.229 ekor.

 

Waspadai Musim Hujan

Disinggung mengenai hujan yang masih terjadi belakangan ini, Lalu mengimbau peternak memperhatikan kelembaban kandang dan pemberian pakan. Sebab, hal itu bisa berdampak pada kesehatan hewan.

“Untuk sapi, jangan beri hijauan muda terlalu banyak. Karena, belum banyak mengandung serat dan mengandung saponin. Bisa mengakibatkan kembung. Kemarin ada kasus 19 ekor mati. Kami kira karena anthrax, ternyata kembung,” ujarnya.

Untuk peternak ayam, juga diimbau untuk menjaga pakan pabrikan tidak terkontaminasi jamur. Sebab, bila tidak, pakan yang lembab, bisa berjamur dan menurunkan kualitasnya.

Lalu menyebut, Jateng merupakan salah satu peternakan ayam terbesar di Indonesia. ‎Populasi Day Old Chick (DOC-ayam berumur sehari) dalam sebulan bisa mencapai 40 juta ekor.

‎”Kami meminta peternak ayam melakukan vaksinasi dan pemberian pakan yang tepat. Sampai saat ini belum ditemukan adanya kasus Flu Burung (Avian Infuenza) di Jawa Tengah,” paparnya. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait