WABUP MINTA IPHI IKUT BANTU PERKOKOH KEBHINEKAAN DI PURBALINGGA

  • 24 Apr
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGA – Terkait aksi terorisme beberapa waktu lalu yang dilakukan warga Purbalingga, menjadi keprihatinan Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE. B.Econ karena hal itu menunjukkan bahwa paham radikalisme masih saja berkembang di Purbalingga. Maka dari itu Pemkab Purbalingga perlu sengkuyung seluruh masyarakat Purbalingga untuk mencegah sekaligus menghilangkan paham-paham yang menyimpang dan merusak moral serta mental utamanya generasi muda Purbalingga.

Keprihatinan Wabup Tiwi tersebut disampaikannya ketika memberikan sambutan pada kegiatan pengajian akbar dalam rangka isra mi’raj Nabi Muhammad SAW 1438 H/ 2017 yang dilaksanakan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Purbalingga di Pendapa Cahyana, Minggu pagi (23/04).

“Khususnya kepada bapak ibu anggota IPHI Purbalingga, saya mohon dukungannya ikut serta menjaga dan membimbing generasi Purbalingga dengan menyampaikan ilmu agama secara benar sehingga dijauhkan dari ajaran menyimpang,” kata Wabup Tiwi.

Selain paham radikalisme, lanjut Wabup Tiwi, IPHI Purbalingga juga diminta ikut serta memperkokoh kebhinekaan yang ada di Purbalingga, karena pembangunan akan berjalan dengan baik dengan dukungan dan sinergi seluruh elemen masyarakat Purbalingga yang terdiri dari berbagai agama, keyakinan, suku dan juga berbagai perbedaan lainnya.

“Pemkab Purbalingga mohon bantuan dari IPHI, ikut berperan memperkokoh kebhinekaan sehingga situasi tetap terjaga kondusif dan mewujudkan visi serta misi pembangunan Purbalingga yaitu masyarakat yang religius beriman dan bertakwa, ,” kata Wabup Tiwi.

Pengajian yang dihadiri Pengurus Cabang IPHI se Kabupaten Purbalingga, menghadirkan Prof. DR. H. Didin Mukhafidin dari Bandung yang tidak lain adalah putra Purbalingga karena berasal dari Desa Kedungjati Kec. Bukateja Purbalingga.

Dalam tauziyahnya, Prof. Didin menyampaikan bahwa penting untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa dan lebih sempurna adalah manusia yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, serta kesombongan merasa benar sendiri dan berguna bagi sekitarnya. Karena menurutnya, manusia yang diberkahi hidupnya adalah manusia yang mau berbagi harta dan ilmunya.

“Karena sejatinya, kita akan bahagia apabila membahagiakan orang lain, maka tidaklah berguna manusia yang memiliki segalanya, namun hanya untuk dirinya sendiri, “ kata Prof. Didin.

Prof. Didin melanjutkan, dari berbagai perbedaan yang ada, itu adalah bentuk kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala supaya manusia bisa saling berbagi, menghormati dan menjaga satu sama lain, karena manusia yang berkah hidupnya adalah manusia yang rakhmatan lil’alamin (t).

Berita Terkait