Turunkan Kematian Ibu dan Bayi, Purbalingga Gencarkan Hindari 4 Terlalu

  • 08 Jul
  • yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGA – Sosialisasi menghindari  empat terlalu (4T) dalam menekan angka kematian ibu dan bayi, mesti terus digencarkan. Yakni, terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu sering atau dekat jarak melahirkan, serta terlalu banyak anak.

 

Pesan tersebut disampaikan Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, pada acara Hari Keluarga Nasional ke XXIX dan Hari Anak Nasional 2022 tingkat Kabupaten Purbalingga, di Golaga, Jumat (8/7/2022). Dia pun meminta para Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) terus menyosialisasikan pencegahan 4 terlalu.

 

Bupati menyebut, faktor utama pencegahan kematian ibu dan anak adalah perencanaan kehamilan. Hal itu sekaligus memastikan kesehatan mereka.

 

“Kematian ibu di Kabupaten Purbalingga tahun ini sudah 3 (kasus). Mudah-mudahan tidak meningkat. Sedangkan, kematian bayi tahun ini sudah 45 (kasus). Saya minta stop di angka itu. Saya mohon dengan hormat bantuan sengkuyung para Kepala Puskesmas dan para Direktur RS, baik RSUD maupun RS swasta, untuk bergandengan tangan menurunkan AKI AKB,” katanya.

 

Ditambahkan, penurunan stunting yang dipilih sebagai tema utama peringatan Hari Keluarga Nasional tahun ini, juga menjadi momen untuk mengajak seluruh komponen masyarakat berpartisipasi aktif, dalam penanganan stunting di Kabupaten Purbalingga.

 

“Permasalahan stunting tidak hanya masalah gizi, bisa juga karena lingkungan tidak sehat, RTLH, tidak punya jamban. Pernikahan dini juga berdampak peningkatan stunting, tanpa disadari anak yang hamil di usia yang belum siap bisa berisiko stunting,” kata Tiwi, sapaan akrabnya.

 

Ia membeberkan angka stunting di Purbalingga setiap tahun menurun. Pada 2017 angka stunting masih 28,7 persen, sedangkan 2021 turun menjadi 15,7 persen. Prevalensi tersebut harus dikebut agar turun minimal sesuai target nasional sebesar 14 persen pada 2024.

 

Terkait stunting, imbuh Tiwi, Purbalingga  menjadi lokus proyek percontohan (pilot project) penelitian tentang pencegahan stunting nasional. Salah satu eksperimennya dilakukan di Desa Karangaren, Kecamatan Kutasari, dengan penyediaan susu dan telur setiap hari untuk anak-anak dengan kondisi stunting. Mereka juga diberi pendampingan khusus oleh ahli gizi.

 

Tiwi pun mendorong jajaran puskesmas di Purbalingga untuk mereplikasi program tersebut di wilayah mereka masing-masing.

 

“Bapak, ibu, rekan-rekan kepala Puskesmas siap apa tidak? Kalau tidak siap, besok langsung saya copot soalnya,” tegasnya.

 

Bupati menambahkan, keluarga memiliki peran penting dalam ketahanan negara untuk membentuk generasi bangsa. Sebab keluarga menjadi pondasi dan pendidikan pertama bagi anak, untuk pembentukan karakter bangsa.

 

“Keluarga adalah pendidikan pertama bagi pembentukan karakter nasional sehingga jika keluarga kuat maka ketahanan nasional juga akan kokoh,” katanya.

 

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Disdalduk KBP3A) Purbalingga, Eni Sosiatman, mengajak dunia usaha untuk berperan aktif dalam penurunan stunting.

 

“Selain penguatan keluarga dengan delapan fungsi, kami mengajak dunia usaha untuk ikut berperan dalam penurunan stunting di Kabupaten Purbalingga,” pungkasnya.

 

 

Penulis: LL, Kominfo Purbalingga/ Gn, Humas Purbalingga

Editor: Tn/Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait