Tangani Stunting pada Anak, Wonosobo Terapkan Tiga Program

  • 01 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

WONOSOBO – Pemerintah Kabupaten Wonosobo menerapkan beberapa program penanganan kasus gagal tumbuh alias stunting di wilayahnya. Salah satunya adalah Sobo Hebat Sedulur Selawase, berupa pemberian dua butir telur per hari selama 90 hari kepada 7.774 anak di bawah usia lima tahun alias balita.

Informasi tersebut disampaikan Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, saat membuka acara Hari Gizi Nasional ke-64 Kabupaten Wonosobo, di Pendapa Selatan, Kamis (29/2/2024).

“Program ini menjadi sebuah peluang yang sangat strategis, sebagai implementasi riil konvergensi intervensi penanganan stunting, yang kita harapkan dapat menurunkan angka stunting secara signifikan di Wonosobo,” ujar Wabup Albar.

Menurutnya, permasalahan stunting mendesak untuk diselesaikan. Selain bertujuan untuk mengejar capaian target nasional 14 persen pada akhir 2024, penanganan kasus stunting juga ditujukan untuk mempersiapkan generasi emas pembawa kemajuan bangsa.

Albar menjelaskan, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 mencatat prevalensi stunting di Indonesia masih sebesar 21,6 persen. Di Wonosobo, berdasarkan sistem elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), pada tahun 2023, prevalensi balita stunting masih sebesar 17,12 persen.

“Data ini sepatutnya menjadi sebuah pendorong bagi kita, untuk bersama-sama melakukan perbaikan dan pemenuhan gizi masyarakat, yang dilakukan secara berkelanjutan dan diharapkan bermuara pada tumbuh kembang anak yang optimal,” jelas Albar.

Menurutnya, pengentasan masalah gizi buruk dan stunting juga harus difokuskan pada kelompok sasaran, yakni remaja putri dan ibu hamil.

Pada kesempatan yang sama, Ketua DPC Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Wonosobo, Natalia Haryanti, menyampaikan, selain program Sobo Hebat Sedulur Selawase, berbagai upaya lainnya juga dilakukan Pemkab Wonosobo. Pertama, program Aksi Bergizi dilaksanakan dengan menyasar remaja putri, melalui kegiatan sarapan bersama di sekolah, konsumsi tablet tambah darah, dan melakukan aktivitas fisik bersama. Selain itu, pemerintah bersama pihak terkait juga melakukan skrining anemia dan penyuluhan kesehatan reproduksi.

Program kedua menyasar kalangan ibu hamil, yakni program Antenatal Care (ANC) Terintegrasi, dengan pemberian makanan tambahan berbahan dasar pangan lokal, pemantauan ibu hamil oleh kader pendamping ibu hamil, serta perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.

“Adapun yang ketiga adalah program pada kelompok bayi dan balita, di antaranya adalah IMD (Inisiasi Menyusui Dini), asi eksklusif selama enam bulan, pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal pada balita dengan masalah gizi, serta Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK),” pungkasnya.

Penulis: Azis, Kontributor Wonosobo
Editor: Tn, Diskominfo Jateng

Berita Terkait