Surakarta Jadi Percontohan Penanganan Stunting

  • 09 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

SURAKARTA – Kota Surakarta dipilih menjadi daerah percontohan program pendataan keluarga dan penurunan angka stunting oleh BKKBN. Pasalnya, angka stunting di kota itu termasuk terendah di Indonesia, dan angka kematian ibu hamil juga rendah.

Hal tersebut disampaikan Kepala BKKBN Pusat Hasto Wardoyo dalam kunjungan kerja ke Surakarta, Senin (8/3/2021). Hasto bertemu Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di ruang rapat wali kota.

“Dari 153.109 KK, kita data kondisi semua anak di Surakarta yang berisiko stunting. 53 variabel untuk data stunting untuk pengambilan kebijakan. Satu per satu by name by address akan terurai. Bersama BKKBN Pusat, Provinsi dan Kota Surakarta kita akan _launching_ Program Pendataan Keluarga pada  tangal 1 April 2021,” beber Hastho.

Hasto menjelaskan, dalam Perpres nanti akan diatur pendampingan dari tenaga kesehatan, khususnya pendampingan bidan untuk ibu hamil sehingga bisa meminimalkan stunting. Unsur kader PKK juga akan disertakan dalam pendampingannya.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Surakarta, Purwanti mengatakan, Kota Surakarta sudah memiliki program untuk mengantisipasi kasus stunting dan fertility rate dengan program Sultan Nikah Capingan (Konsultasi Pra Nikah Bagi Calon Pinanganten).

“Kami andalkan Sultan Nikah Capingan untuk meredam sekaligus menurunkan angka stunting,” ucapnya.

RS Ibu dan Anak

Sementara itu, Gibran menyambut baik kunjungan BKKBN Pusat dan mengharapkan dukungan serta pendampingan untuk fokus pembinaan keluarga dan mengurangi angka stunting.

“Saya ingin punya rumah sakit dan Puskesmas khusus untuk ibu dan anak. Kita ingin ada satu tempat untuk fokus ibu hamil dan anak. Jangan disatukan dengan orang sakit atau yang lainnya,” jelas Gibran.

Rumah sakit khusus dan Puskesmas tersebut nantinya secara sisi pendapatan bisa menjadi sumber PAD dan menjadi sumber anggaran untuk Program Keluarga Berencana.

“Bekerja sama dengan Pak Hastho (Kepala BKKBN Pusat), kita tingkatkan pendataan KB dan sosialisasi ke masyarakat,” imbuhnya.

Menurut Gibran, Pemerintah Kota Surakarta tetap berkomitmen untuk menerapkan slogan yang dikenal dengan ‘nguwongke uwong’ (memanusiakan manusia), yang dikemas dalam 3W, yakni waras (sehat), wasis (pinter) dan wareg (kenyang) dalam membangun KB.

Hastho menyambut baik harapan Gibran, agar Kota Surakarta memiliki Puskesmas khusus ibu hamil dan anak.

“Karena ibu hamil atau melahirkan itu bukan orang sakit. Secara profit bisa jadi revenue centre bukan profit centre,” tambahnya.

Perlu diketahui selama 2020, Kota Surakarta sudah mengalami kemajuan dan memenuhi target terkait data Keluarga Berencana. Di antaranya, capaian KB yang sudah 66,21 % dan angka Fertility Rate 1,8 %, padahal pemerintah pusat baru menargetkan angka 2,1% pada 2021 ini.

“Ini sangat bagus. Bahkan mengalahkan target pusat yang 2,1 %. Tinggal mempertahankan dan meningkatkan kualitasnya tahun ini. Jangan sampai putus, mulai dari genre (generasi remaja). Supaya angka kepadatan penduduk di Surakarta bisa dikendalikan, masyarakat semakin sadar, bahwa dua anak lebih sehat dan lebih baik. Juga tentunya agar terbentuk keluarga yang berkualitas dan sejahtera,” tambahnya.

Penulis  : Kontributor Kota Surakarta

Editor: WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait