Seluruh Pusat Kuliner Kota Magelang Tutup Sementara

  • 31 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

MAGELANG – Seluruh pedagang kali lima (PKL) yang berjualan di berbagai pusat kuliner di Kota Magelang, mulai 1-4 April 2020, menutup dagangannya. Penutupan ini merupakan hasil kesepakatan Paguyuban PKL dan Pemerintah Kota Magelang guna mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Kepala Dinas Perdagangan Kota Magelang Catur Budi Fajar Sumarmo menyatakan, keputusan ini sudah tertuang dalam Surat Edaran (SE) nomor 511.3/556/260 yang ditandatangani 30 Maret 2020.

Ia menyebutkan, total ada 19 shelter pusat kuliner di Kota Magelang yang meliputi 625 pedagang. Sejak pandemi Covid-19 merebak dan imbauan physical distancing diberlakukan, pusat kuliner cenderung sepi.

“Sejak ada wabah ini semua PKL mengeluh karena tidak ada pembeli, bahkan ada beberapa yang sudah tutup sendiri. Kemudian setelah diskusi dengan kami, diputuskan untuk tutup sementara,” ujar Catur, dihubungi Selasa (31/3/2020).

Ditambahkan, adanya kebijakan pembatasan arus lalu lintas menuju dalam Kota Magelang, otomatis berdampak pula pada aktvitas warga. Penutupan PKL diberlakukan tidak hanya pada mereka yang beroperasi pada siang hari, tapi juga malam hari.

Menurutnya, keputusan ini sekaligus dukungan PKL kepada pemerintah yang tengah gigih memutus mata rantai penularan virus corona. Usai penutupan, para pedagang akan melakukan kerja bakti mandiri membersihkan tempat mereka berjualan.

Sebelum dan selama penutupan, Disperindag dibantu Dinas Kesehatan dan PMI serta pihak terkait melakukan penyemprotan cairan disinfektan di semua shelter. Sosialiasi perilaku hidup bersih dan sehat kepada pengunjung pun gencar dilakukan, termasuk memberi jarak antar bangku pengunjung dan menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Pusat Kuliner Tuin Van Java (TVJ), Sugiarto menuturkan, dampak dari virus corona banyak pedagang yang meliburkan diri tidak berjualan, mengingat tingkat kunjungan menurun drastis.

“Siang hari masih mendingan, sekitar 50-an persen yang jualan dari total sekitar 71 pedagang. Pada malam hari lebih sepi lagi, karena yang jualan hanya 20-30 persen dari total 71 pedagang,” tuturnya.

Dia menjelaskan, pedagang memilih tidak berjualan karena penghasilan yang diperoleh lebih kecil dari pengeluaran. Ada juga yang masih bertahan, karena memang menggantungkan hidupnya di TVJ ini.
Pihaknya berharap, pandemi ini segera berakhir sehingga aktivitas jual beli bisa kembali normal dan pedagang bisa meraih keuntungan lagi.

Penulis : Pro/kotamgl
Editor : WH/Diskominfo Jtg

Berita Terkait