Sambut Ramadan, Forkopimda Doa Keselamatan Bersama dari Covid-19

  • 24 Apr
  • yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGA – Menyambut Bulan Suci Ramadan, segenap jajaran Forkopimda bersama Kepala Kantor Kemenag, Pimpinan Ormas Keagamaan (PD Muhammadiyah, PCNU, LDII, MUI, FKUB) melaksanakan dzikir dan doa bersama Rabu (22/4/2020) di Pendopo Dipokusumo dan disiarkan secara virtual yang disaksikan oleh elemen masyarakat dari tingkat kecamatan hingga desa/kelurahan.

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi menyampaikan, selain menyambut bulan suci Ramadan, kegiatan ini juga dalam rangka memanjatkan doa bersama untuk keselamatan dari wabah Covid-19.

“Semoga semua terlindung dari wabah virus corona, kerugian yang ditimbulkan tidak banyak, dan jumlah penderitanya tidak lagi bertambah,” harapnya.

Pada kesempatan ini, bupati juga mengumumkan hasil rapat terbatas yang telah dilakasanakan Senin lalu terkait Surat Edaran Menteri Agama RI No 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di Tengah Pandemi Wabah Covid-19.

Kesepakatan tersebut terdiri dari 17 point yang diharapkan untuk dipatuhi seluruh umat Islam di Kabupaten Purbalingga selama menjalankan ibadah. Beberapa hal yang utama diantaranya, tidak diperkenankan menyelenggarakan acara yang menimbulkan kerumunan massa, seperti Buka Puasa Bersama, Sahur On The Road, Tabligh Akbar, Tarawih Keliling, Takbir Keliling, Pesantren Kilat (kecuali via media elektronik/video confrence), juga meniadakan Salat Idul Fitri. Sedangkan proses halalbilhalal dilaksanakan melalui media sosial.

“Salat berjamaah untuk tidak dilakukan dengan massa yang banyak, selain itu juga harus berpedoman pada protokol kesehatan,” katanya.

Ketua Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Purbalingga, Ali Sudharmo dalam tausiahnya mengatakan, untuk sementara umat Islam tidak disarankan salat berjamaah di masjid karena ada beberapa alasannya, seperti sebagai ikhtiar menyelamatkan jiwa, melindungi diri sendiri maupun orang lain dari wabah virus corona.

“Sementara tidak berjamaah di masjid supaya tidak tertular dan menularkan karena sama-sama tidak tahu, ada virusnya atau tidak. Dikhawatirkan, kalau sampai terjadi penularan masif di masjid, generasi ke depan akan memberi cap negatif bahwa masjid adalah sarang virus. Ini jangan sampai terjadi,” tandas Ali.

Penulis: Gn/Humas
Editor: dnk/Diskominfo Jateng

Berita Terkait