Perkokoh Persatuan Melalui Ceramah Agama

  • 19 Sep
  • yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGA – Banyak upaya untuk memperkokoh persatuan antara agama, salah satunya melalui ceramah agama. Seperti yang dilakukan anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, saat ceramah agama di tiga lokasi tempat ibadah. Di antaranya halaman Gereja Katholik Santo Agustinus, Masjid Darussalam, dan TITD Klenteng Hok Tek Bio.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi berharap program Silaturahmi Kebhinekaan dari Habib Luthfi ini mampu menumbuhkan semangat sebagai warga negara Indonesia dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta meningkatkan nasionalisme dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.

“Tanpa disadari kita menghirup udara kemerdekaan sudah 75 tahun lamanya, kita bangsa Indonesia wajib mengetahui kemerdekaan ini diraih dengan susah payah dari pahlawan yang mengorbankan harta dan nyawa demi satu kata merdeka. Kita sebagai generasi penerus hendaknya mempertahankan kemerdekaan, karena apapun bangsa yang berbhineka ini pada dasarnya kita adalah satu, satu keluarga,” kata Tiwi.

Dalam ceramah bertajuk Silaturahmi Kebangsaan, Habib Luthfi memotivasi umat beragama guna memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Dihadiri segenap elemen bangsa dan tokoh antar agama, mulai ulama, pastur, pendeta, dan sebagainya, ia meyakini jika keadaan Indonesia bisa terus harmonis, tidak mudah dikoyak, meski dibenturkan satu sama lain dengan banyaknya hoaks.

“Tapi kalau kita bersatu seperti ini, andaikata Gunung Slamet bisa menjadi emas, nilainya belum seberapa dibanding kebersamaan. Itu hebatnya persatuan dan kesatuan untuk kita semua,” tuturnya saat memberi ceramah di halaman Gereja Santo Agustinus.

Di Masjid Darussalam, Habib Luthfi menyampaikan, Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan, kemudian, menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Di tengah kondisi masyarakat yang heterogen, pluralis, dan dengan budaya yang berbeda inilah menjadi tantangan yang paling berat.

“Keturunan tinggallah keturunan, tapi kebangsaan adalah bangsa di mana kita dilahirkan, keturunan Cina oke, keturunan India oke, Arab oke, tapi tidak bisa dikatakan bangsa Arab, bangsa Cina, karena kita lahir di Indonesia. Kita harus tahu diri harus meyakini bahwa kita adalah bangsa Indonesia. Nah itu baru kita saling mengenal,” pungkasnya.

Penulis : Gn, Humas Purbalingga
Editor ; Rk, Diskominfo Jateng

Berita Terkait