Padi Rojolele Srinar dan Srinuk Mulai Dikenalkan ke Publik

  • 23 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

KLATEN – Padi rojolele merek Srinar dan Srinuk asal Kabupaten Klaten mulai dikenalkan ke masyarakat luas. Saat panen rojolele yang dihadiri Bupati Klaten Sri Mulyani dan sejumlah pejabat, masyarakat diajak menikmati beras ikon Klaten itu berbarengan dengan Festival Sego Wiwit Rojolele, di lahan penanaman padi rojolele  Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten (Selasa (22/10/2019).

Bupati Sri Mulyani didampingi Deputi Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir (SATN) Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Efrizon Umar, menyampaikan, padi rojolele merek Srinar dan Srinuk  adalah inovasi nyata dari Klaten untuk Indonesia. Klaten yang memang identik dengan pertanian, telah berhasil menjadikan inovasi sebagai prioritas yang berorientasi pada hasil-hasil yang nyata.

“Dengan cara itu, pembangunan sektor pertanian ini menjadi pintu masuk untuk mengatasi masalah kemiskinan maupun menekan ketimpangan dan kesenjangan. Sektor pertanian harus dikembangkan menjadi alat rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama,’’ kata Sri Mulyani.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Klaten Sunarno menjelaskan, sampai tahapan pengenalan Srinar dan Srinuk itu melalui proses panjang. Butuh waktu enam tahun untuk menghasilkan varietas rojolele versi baru kerja sama Pemkab Klaten dan Batan Jakarta.

“Dengan proses panjang baik uji laboratorium maupun uji lapangan, melibatkan para tenaga ahli Batan, petani peneliti, litbang Bappeda Klaten dan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten akhirnya pada tanggal 27 Juni 2019, varietas baru rojolele berhasil lolos sidang pelepasan varietas. Vareitas baru itu diberi nama Srinuk dan Srinar,” bebernya.

Sunarno menambahkan nama Srinar  diambil dari kata Sri, asal kata Dewi Padi dan potongan dari kata Bersinar, yang merupakan slogan Klaten, Bersinar. Sedangkan Srinuk  berasal dari kata Sri sang Dewi Padi dan kata Inuk  yang berarti sangat enak sekali. Inuk juga bisa diartikan Inovasi Nuklir Klaten.

Pada acara itu juga dilakukan penyerahan SK Pelepasan Varietas Padi Rojolele serta menyerahkan Dokumen Pendaftaran Kepemilikan Varietas Tanaman Kementerian Pertanian kepada Bupati Klaten.

Sedangkan peneliti Batan, Sobrizal mengatakan keunggulan varietas Srinuk dan Srinar ini dibandingkan dengan induknya adalah umur tanamnya lebih pendek, yakni kurang dari 120 hari. Tinggi tanaman sekitar 105 centimeter, lebih pendek dibandingkan induknya yang mencapai 155 centimeter. Ketahanan terhadap hama penyakit juga lebih baik.

“Produktivitas Srinar dan Srinuk cukup tinggi. Varietas rojolele ini bisa menghasilkan  9 ton per hektare. Jadi sangat menjanjikan,” jelas Sobrizal.

 

Penulis : Joko Priyono, Diskominfo Klaten

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait