Olah Sampah Jadi Maggot, Kurangi Volume Sampah di TPA

  • 04 Aug
  • yandip prov jateng
  • No Comments

PURWOKERTO – Tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) diharapkan bisa menjadi alternatif pengolahan sampah masyarakat sekaligus mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Caranya, dengan pengolahan limbah menjadi maggot (larva lalat), salah satu produk pakan ternak.

Maggot merupakan salah satu produk yang dihasilkan TPST Rempoah di Kecamatan Baturraden, Banyumas. TPST yang dikelola oleh BUMDes tersebut telah menghasilkan maggot, dengan kapasitas produksi sebanyak 60 kilogram per hari.

Pengelola TPST Rempoah, Nana Supriyana, menjelaskan, pihaknya berusaha untuk mengurangi sampah kiriman dari para pelanggannya dengan mengolahnya menjadi maggot dan limbahnya. Proses pengelolaan sampah menjadi maggot tidak terlalu rumit. Alurnya, pihaknya menjemput dan mengumpulkan sampah dari warga, lalu memilah sampah tersebut menjadi dua jenis, yakni sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian diolah menjadi maggot, sementara sampah anorganik yang masih bisa dimanfaatkan akan dijual lagi ke pihak lain.

Saat ini, imbuhnya, TPST Rempoah telah memiliki ribuan orang pelanggan. Untuk itu, pihaknya mempekerjakan 25 orang dengan honor setiap bulannya Rp1.300.000 per orang.

“Saat ini pelanggan ada 2.000 (orang) dari Rempoah, ditambah lagi dari Desa Pamjien dan Kemutugkidul yang baru ini ada rumah sakit di Baturraden,” katanya, usai menerima kunjungan Bupati Banyumas dan jajarannya, di TPST Rempoah, beberapa hari lalu.

Dengan pegawai sebanyak itu, TPST Rempoah masih membuang sampah ke TPA sebanyak tiga truk per minggu. Ia terus berusaha untuk menekan jumlah sampah terbuang tersebut dan meningkatkan jumlah produksi maggot.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas, Junadi, mengatakan, saat ini terdapat 23 unit TPST di Banyumas. Seluruhnya telah mampu membiayai operasionalnya secara mandiri, termasuk pembayaran langganan listrik, gaji karyawan, penyediaan BBM, peralatan, serta kendaraan pengangkut.

Junaidi menambahkan dengan berjalanya 23 TPST tersebut, dapat mengurangi volume sampah yang harus dikirim TPA. Jika semula sampah yang diangkut 130 truk per hari, kini menjadi 30 truk per hari.

“Kami punya cita-cita, punya keinginan hanya separuhnya lagi. Jadi hanya 15 truk (sampah) yang boleh dibuang nantinya, sehingga masih 50 persen lagi PR kita untuk mengurangi timbunan sampah, supaya bisa dikurangi,” bebernya.

Menurutnya, inovasi berupa produksi maggot yang dihasilkan oleh TPST Rempoah cukup bagus. Bahkan, maggot yang saat ini dijual dalam kondisi basah seharga Rp5 ribu per kilogram, dapat juga dijual dalam bentuk kering seharga Rp30 ribu per kilogram.

Pihaknya selaku fasilitator dan motivator akan terus mendorong setiap TPST, untuk berinovasi dalam mengelola sampah menjadi produk baru yang bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.

Sementara itu, Bupati Banyumas, Achmad Husein, mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola TPST Rempoah.

“TPST Rempoah (ini) KSM-nya sudah mandiri, dengan memperkerjakan sebanyak 25 orang. Tidak rugi dan bisa mengatasi sampah, walaupun masih ada masalah-masalah tapi bisa diatasi,” kata bupati.

Penulis: Kontributor Banyumas
Editor: Tn/Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait