Musim Hujan, Waspadai Penyakit Leptospirosis

  • 13 Jan
  • yandip prov jateng
  • No Comments

Kota Pekalongan – Selain potensi merebaknya beberapa penyakit seperti Demam Berdarah (DB), Gatal-gatal, Flu, dan sebagainya, selama musim penghujan, masyarakat perlu mewaspadai ancaman penyakit Leptospirosis yang ditularkan melalui air kencing tikus.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto,SKM,MKes menyampaikan bahwa saat banjir, kencing tikus bisa mengalir bersama air yang diinjak dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir, mata, hidung, kulit yang lecet, hingga makanan.

“Warga harus lebih siaga karena menyangkut maraknya penyakit-penyakit yang ada kaitannya dengan banjir, salah satunya penyakit leptospirosis berkaitan dengan tikus yang identik dengan lingkungan yang kotor,” ungkap Budi saat ditemui di kantornya belum lama ini.

Disampaikan Budi, penyakit leptospirosis ini diakibatkan karena bakteri leptospira sp yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Menurut Budi, penularan paling sering terjadi melalui kencing tikus pada kondisi banjir dimana menyebabkan adanya perubahan lingkungan.

“Perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri leptospira berkembang biak. Namun demikian, masyarakat tidak perlu khawatir karena bisa dihindari dengan perilaku hidup bersih dan sehat,” terang Budi.

Ditambahkan Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, dr. Endah Kurniawati, MKes menjelaskan bahwa beberapa tanda dan gejala seorang penderita terjangkit leptospirosis, di antaranya menggigil, batuk, diare, sakit kepala tiba-tiba, demam tinggi, nyeri otot, hilang nafsu makan, mata merah dan iritasi, serta nyeri otot.

“Untuk di Kota Pekalongan sendiri kasus leptospirosis pernah terjadi di tahun 2018 karena ditangani sejak awal Alhamdulillah bisa ditangani dengan baik dan tidak sampai parah sakitnya,” imbuh dr. Endah.

Menurut dr. Endah, penyakit leptospirosis yang lambat ditangani bisa menyebabkan komplikasi yang menyerang organ lain seperti gangguan pada otak (meningitis), pembuluh darah di paru-paru bocor, gagal ginjal, gagal jantung, kelumpuhan hingga kematian. Sementara itu, beberapa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit leptospirosis ini antara lain menjaga kebersihan dan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih, selalu gunakan Alat Pelindung Diri saat terjun ke daerah tergenang air seperti sepatu booth karet serta bersihkan dan tutup luka dengan penutup tahan air agar tidak terpapar air yang terkontaminasi bakteri.

“Infeksi leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik untuk membasmi bakteri dan mengembalikan fungsi tubuh yang terganggu akibat kondisi ini. Obat antibiotik yang umumnya digunakan untuk leptospirosis adalah penisilin dan doksisiklin. Selain antibiotik, obat pereda nyeri, seperti paracetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala awal leptospirosis, seperti demam, sakit kepala, atau nyeri otot. Jika penyakit leptirospirosis berkembang lebih parah atau sering disebut penyakit Weil, maka pasien perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit,” pungkas dr. Endah.

(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)

Berita Terkait