Moderasi Beragama, Rajut Kebersamaan di Tengah Perbedaan

  • 02 Jun
  • yandip prov jateng
  • No Comments

TEMANGGUNG – Kementerian Agama menggencarkan moderasi beragama untuk merajut kebersamaan dalam kehidupan beragama. Agama tak boleh dikesankan keras dan tidak ramah, karena moderasi beragama sesungguhnya bagaimana beragama di tengah-tengah perbedaan.

“Jangan merasa menang sendiri dan benar sendiri, Jika ada permasalahan dimusyawarahkan penyelesaiannya,” kata Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof Achmad Gunaryo.

Hal tersebut disampaikan di sela-sela Road Show Jagongan Moderasi Beragama Umat Budha bertajuk ‘Beragama dengan Ramah untuk Indonesia’, dan Pengukuhan Penyuluh Lintas Agama (Pelita), di Dusun Krecek, Desa Getas, Kecamatan Kaloran Temanggung, Selasa (1/6/2021). Menurutnya, hingga kini moderasi di Jawa Tengah telah digelar di Temanggung dan Klaten. Selanjutnya, acara serupa apak diselenggarakan di Tegal dan meluas ke seluruh Indonesia.

Dikatakan, 2022 dijadikan sebagai tahun kerukunan. Untuk mencapainya tidak sekadar dengan dialog antarumat beragama, tetapi dengan berbagai program, di antaranya penerbitan buku dan pementasan seni budaya. Di bidang pendidikan ada perbaikan kurikulum untuk toleransi dan moderasi.

“Kita mengajarkan perilaku pada semua pihak. Kita ini sedang merajut kembali kebhinekaan,” imbuhnya.

Bupati Temanggung M Al Khadziq mengapresiasi jagongan moderasi keberagamaan, yang digelar  untuk membahas keberagaman dan menyatukan berbagai pandangan yang berbeda.

“Kita bisa sama-sama membangun kesadaran. Minimal kesadaran peserta jagongan yang sekarang terbatas para tokoh agama, tetapi harapannya nanti bisa diteruskan kepada umat beragama diseluruh Kabupaten Temanggung,” katanya.

Khadziq berharap, forum moderasi bisa dilaksanakan secara rutin, bahkan dapat dilaksanakan di berbagai tingkat dan tempat di Kabupaten Temanggung.

“Pemerintah Kabupaten Temanggung siap memfasilitasi demi membangun kehidupan beragama, kehidupan multietnis yang lebih damai, bersatu dan bersaudara,” tuturnya.

Sementara itu, tokoh Agama dan pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) mengatakan, moderasi beragama sangat penting di zaman ini, untuk membentengi paham dan gerakan-gerakan transnasional yang berusaha merusak kerukunan yang telah terbina.

“Melihat pergerakan-pergerakan transnasional. Masuknya paham dari luar harus dibentengi bersama sebagai tanggung jawab anak bangsa semua agama,” katanya.

Gus Yusuf mengatakan, moderasi beragama harus ditanamkan sejak dini, mulai usia SD terutama SMP. Di usia itu harus mulai ditanamkan pemahaman agama yang benar. Mereka harus dikawal sejak awal agar tidak menjadi korban dari masuknya paham radikal.

Sebagai informasi, kegiatan moderasi beragama kali itu juga diisi dengan pementasan seni budaya yang melibatkan multiagama yang ada di Temanggung. Pementasan tersebut mengisahkan kebersamaan dan kerukunan yang terjalin di tengah berbedaan masyarakat.

Penulis: MC TMG/ai;ekp
Editor: WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait