GAK KEREN KALAU BELUM UJI NYALI DI PULAU HANTU

  • 01 Feb
  • yandip prov jateng
  • No Comments

BREBES-Kali Tanyep dukuh Sigempol Randusanga Kulon, Brebes menjadi pintu gerbang perjalanan menuju pulau Hantu. Cukup dengan membayar jasa transport Rp 10 ribu, bisa menumpang perahu motor.

Dengan hati berdebar, beberapa kali terasa oleng perahu yang ditumpangi akibat ombak kecil, hatipun berdegup kencang ketika mesin motor perahu tiba tiba mati. Namun, debaran hati kembali adem setelah melihat sisi kanan kiri kali Tanyep diapit, dikelilingi pohon mangrove.

“Sampai kapan harus menyusuri sungai ini sampai ke Pulau Hantu?” tanya penulis kepada tukang perahu.

“Ya sekitar 20 sampai 25 menit,” jawabnya.

“Waduh, lama benar ya,” gumamku dalam hati.

Detak jantung semakin keras meski siang bolong memecah ombak. Dua mata, ku tatapkan pada samping kanan dan kiri. Ternyata banyak pemancing yang tengah asyik memancing dengan wajah tertutup seperti ninja. “Wuiiiih…. Aku dapat Kakap Gede,” teriak salah seorang pemancing sambil menarik senar pancing.

Lebih dari 120 Ranggon yang digunakan untuk berteduh memancing, berjajar sepanjang perjalanan menuju Pulau Hantu. Menurut Kepala Desa Randusanga Kulon Slamet Maryoko, para pemancing itu datang dari berbagai daerah. Ranggon telah di sediakan pihak pengelola dan pemancing hanya membeli pakan sesuai kemampuan.

“Mancing bisa sepuasnya, sampai perbekalan diri habis,” ucap Jarot, panggilan akrab Kades Randusanga Kulon itu.

Menurutnya, kalau hendak pulang tinggal menelpon tukang perahu kapanpun 24 jam. “Tukang Perahu standby 24 jam untuk melayani kedatangan dan pemulangan pemancing,” tutur Jarot.

Pihak desa, lanjut Jarot, dalam tahun 2018 membuka Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengembangkan Pulau Hantu menjadi destinasi andalan Brebes utara.

Lima belas menit berlalu, prahu motor berbelok ke arah kiri. “Sudah sampai ya pak?” Tanya penulis penasaran.

“Kenapa belum ada hantunya, pak?” desak ku makin penasaran.

“Belum, ini  barus sampai pulau Tarzan dulu, kita bisa bergelantungan seperti Tarzan sembari berteduh di omah Blekok,” papar tukang perahu.

Betul apa tukang perahu tadi, masuk ke Pulau Tarzan bagai dimanjakan dengan ranting-ranting pohon. Disini kita bisa menjadi Tarzan dan Jane berglantungan di akar pohon dan bila capai bisa berteduh dirumah Blekok. “Bila sejoli berteduh di Omah Blekok, bagai Tarzan dan Jane yang memadu kasih,” ungkap tukang perahu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes Amin Budhi Raharjo menjelaskan, ada tiga potensi yang bisa digali di Pulau Hantu. Yakni Kerang Hijau, Pemancingan, dan Hutan Mangrove yang terhampar indah.

“Kami sedang membangun Sumber Daya Masyarakat (SDM) agar bisa mengelola pariwisata ini menjadi lebih hidup,” ungkapnya.

Serasa badan lemas bercengkerama di pulau Tarzan, perahu motor kembali melanjutkan perjalanan menuju Pulau Hantu. Desiran rerimbunan pohon mangrove kembali menyapa. Terlihat Nelayan menebar jala dan puluhan burung Blekok mengepakan sayap dan berteduh di pohon mangrove.

Lima menit berikutnya sampailah di Pulau Hantu. Sayang seribu sayang, pulau itu terjadi abrasi, sehingga perahu tak bisa mendarat. Hanya mampu melihat dari jarak sekitar seratus meter Pulau hantu yang dipenuhi rerimbunan pohon Mangrove.

Menurut legenda, banyak cerita cerita seram beredar dari mulut ke mulut mengenai kawasan yang menjadi idola bagi para pemancing ini.

Seperti manusia yang hidup berkelompok menurut golongannya, hantu hantu disini juga berkelompok dalam zonanya masing masing. Pulau Hantu menawarkan 4 zona kawasan wisata horor yaitu Kawasan Kekuasaan Buaya Putih, Kawasan Semburan Hantu Banaspati (Petilasan), Kawasan Kekuasaan Hantu Kuntilanak dan Kawasan Kekuasaan Blekecempong (Genderuwo).

Tentunya masing masing kawasan mempunyai keseraman sendiri sendiri, Seperti kawasan Buaya Putih disitu sering terjadi penampakan buaya putih. Buaya putih dikenal masyarakat sebagai buaya siluman. Yang tidak kalah menyeramkan juga dalah Kawasanan kekuasaan Hantu Kuntilanak dan Blekecempon, disini kita bisa melihat hantu yang sering menjadi tokoh tokoh dalam film dan tidak kalah menariknya bagi para pencari jodoh adalah kawasan semburan hantu Banaspati. Kawasan ini malah dicari karena semburan Hantu Banaspati konon bisa untuk mengalap berkah minta jodoh.

“Legendanya memang seperti itu, apakah kita percaya atau tidak semuanya di kembalikan lagi kepada diri kita masing-masing,” terang pemilik warung Tiga Putra Khudori.

Bagaimanapun hantu itu makhluk yang kasat mata, tidak semua orang bisa melihatnya, namun ada juga pengunjung yang melihat penampakan itu, apalagi pengunjung yang punya tujuan tidak baik.

Tapi nilai lebih dari semua, kata Khudori, adalah berkah buat masyarakat Dukuh Sigempol, karena disekitar daerah itu ikannya besar-besar, sehingga sepanjang Sungai Tanyep banyak didirikan Rangon (tempat pemancingan) dan warung kopi. Sehinga memancing lebih nyaman, cukup dengan membeli kopi dan parkir di warung pemilik rangon kita sudah bisa menyalurkan hobi memancing.

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE MH saat menikmati Pulau Hantu bersama suami Kompol Warsidin bertekad akan mengembangkan kawasan wisata pemancingan nan indah namun terkesan menyeramkan.

“Gak keren kalau belum uji nyali di pulau hantu,” tantang Idza.

“Kemauan masyarakat Sigempol, akan kami akomodir. Master Plant pengembangan kawasan Pulau Hantu pun sudah dibuat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,” ungkapnya.

Pengembangan selanjutnya, kata Idza, bisa berjalan cepat manakala kelompok sadar wisata Pulau Hantu mau bahu membahu menggeliatkan kawasan yang bisa diintegrasikan dengan Pantai Randusanga Indah (Par In).

Menyusuri Pulau Hantu, tak terasa karena dikelilingi dengan hutan mangrove. Bila lapar mengundang, pengunjung bisa mampir ke warung Tiga Putra. Di warung apung ini, pengunjung bisa ngopi sembari memandangi hutan mangrove barang kali melihat kuntilanak yang cantik dan bisa diajak makan bersama dengan menu special Kepiting Lemburi. Penasaran, Yuk bertamasya ke Pulau Hantu. Brebes Sejen Karo Liyane. (wasdiun)

Berita Terkait