Festival Ujungan 2018 Bakal Menawan

  • 27 Sep
  • yandip prov jateng
  • No Comments

BANJARNEGARA – Kesenian Ujungan merupakan tradisi minta hujan yang dilakukan dengan ritual unik, yaitu dengan aksi adu pukul menggunakan bilah rotan. Ritual ini dilaksanakan di musim kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan.

Tradisi Ujungan menurut kepercayaan warga lokal merupakan warisan kejayaan Majapahit. Kini Ujungan tumbuh berkembang di wilayah Kecamatan Susukan. Tradisi ini akan dikemas secara artistik dan massif dalam event “Festival Ujungan 2018” di Desa Kemranggon Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara.

Yusmanto M Sen, salah seorang pantia Festival Ujungan 2018 mengatakan, Festival Ujungan merupakan wujud pelestarian budaya sekaligus promosi pariwisata yang dilakukan dari desa. Berbagai suguhan menarik telah disiapkan untuk memeriahkan event ini. “Dari festival kenthongan, musik keroncong, sulap, tari kreasi modeling lomba mewarnai, lomba melukis, pemutaran film lokal, hingga senam aerobik dan musik dangdut,” urainya.

Camat Susukan Drs. Susanto menjelaskan, dalam rilis dan jadwal yang telah dirancang, Hari Rabu, 26 Sept 2018 dilakukan ritual pengambilan air barokah di sumber Pemandian Air Panas Pingit Gumelem Wetan oleh bedhogol (sesepuh Desa)  diiringi Kakang Mbekayu dan “perawan sunthi” yang merupakan kembang Desa dari 15 Desa di Susukan.

Kemudian pada Kamis, 27 Sept 2018 ada Tradisi Takiran sebagai wujud rasa syukur warga  dari masing-masing Kepala Keluarga se-Desa Kemranggon. Warga membawa tenong berisikan takir dan digelar sepanjang jalan utama desa kemudian dinikmati bersama pengunjung.

Hari yang sama, pukul 20.00 dilaksanakan ritual Cowongan, yaitu ritual tradisional minta hujan dengan menggunakan gayung tradisional (siwur) dan orang-orangan dari suket (rumput) seperti jaelangkung. Usai ritual cowongan disambung festival musik “Tundhan Belis”, yaitu musik tradisional menggunakan alat dapur. Musik ini biasanya digunakan untuk mencari warga yang hilang karena dibawa oleh mahluk halus yang disebut kelong, lampor, wewe gombe atau sebangsanya.

“Festival dipusatkan di Lapangan Desa Kemranggon. Puncaknya mulai hari Jumat tanggal 28 September jam 1 siang hingga jam 5 sore yang merupakan acara inti, yakni ritual ujungan yang merupakan ritual minta hujan dengan cara adu pukul menggunakan bilah rotan,” terang Camat Susanto, “Dalam ujungan ini akan diikuti oleh wakil dari semua desa di wilayah Kecamatan Susukan dipimpin oleh seorang Wlandang atau wasit.

Namun suasana mistis Festival Ujungan akan segera berganti sukaria karena pada pukul 20.00 ditampilkan berbagai pertunjukan kesenian, ensambel musik Mexico dari Grup Nayeche pimpinan Leon Gilberto Medelin Lopez, penari lengger dari Jepang Jurry Suzuki, Sendratari Ujungan dan Barongsay.

Sementara pada Sabtu, 29 September pukul 10.00 – 17.00 diselenggarakan ruwat bumi dan pentas wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Pepeng dengan cerita Lahirnya Gatotkaca.

Minggu, 30, September 2018 dilanjut dengan atraksi Gropyok iwak, sepeda santai dan mancing dan malam harinya ditutup dengan pesta kembang api.

Yusmanto selaku salah satu inisiator festival menambahkan, pada ritual pengambilan air kaberkahan akan hadir wisatawan asing dari berbagai negara Eropa, Amerika, Amerika Latin dan Asia.

“Para turis sebagian sudah berada di Banjarnegara. Ayo bersiap ke Susukan, Festival Ujungan bakal menawan,” pungkas Kang Yus, sapaan akrab seniman Banyumasan ini. (muji p/dinkominfo_banjarnegara)

Berita Terkait