FESTIVAL BALON DITARGET JADI DESTINASI BARU KOTA PEKALONGAN

  • 25 Jun
  • yandip prov jateng
  • No Comments

PEKALONGAN – Gelaran Festival Balon Udara di Kota Pekalongan diharapkan dapat menjadi magnet dan destinasi wisata baru di Kota Batik. Festival balon udara yang dilaksanakan sebagai solusi menjaga tradisi itu digelar oleh AirNav Indonesia bekerjasama dengan Pemkot Pekalongan yang berakhir jum’at kemarin (22/6).

Sebanyak 12 tim, turut serta dalam penyelenggaraan festival balon hari pertama di Lapangan Kuripan Lor. Pada hari kedua, panitia membuka pendaftaran seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin turut serta, dan dapat mendaftarkan diri hari itu juga. Balon udara berwarna warni yang diterbangkan dengan tambatan, mampu menyedot perhatian. Ribuan warga terpantau memadati lokasi penyelenggaraan festival.

Sekda Kota Pekalongan, Sri Ruminingsih berharap, adanya festival balon udara tersebut bisa menjadi destinasi wisata baru di Kota Pekalongan khususnya untuk momen Syawalan. “Sehingga kami berharap kegiatan ini bisa digelar rutin setiap tahun bersama dengan AirNav, sehingga bisa menjadi tujuan wisata bagi masyarakat,” harapnya.

Festival balon udara digelar sebagai solusi agar tradisi penerbangan balon udara di Kota Pekalongan tidak hilang, namun juga tidak membahayakan penerbangan. “Keselamatan penerbangan menjadi perhatian utama bagi kita semua. Namun tradisi juga harus terjaga. Sehingga kegiatan ini bisa menjadi solusi alternatif agar keduanya dapat berjalan bersama,” kata Sekda.
Ia juga berharap adanya festival balon udara dapat menjadi wadah kreativitas bagi masyarakat. Juga dapat mendorong munculnya komunitas-komunitas baru yang lebih kreatif, dan dapat mendukung upaya pengembangan Kota Pekalongan.

Manager Humas AirNav Indonesia, Yohannes HD Sirait menambahkan, festival balon udara diharapkan mampu menjadi tradisi baru bagi masyarakat Kota Pekalongan. Dengan digelar festival, maka tradisi dapat terwadahi sekaligus tidak membahayakan penerbangan. “Memang belum semua siap menerima. Kami juga memahami bahwa tradisi tidak mudah diubah. Namun dengan penyelenggaraan ini kami berharap semakin ada trust dari masyarakat dan menyadari bahwa kegiatan ini juga berpotensi memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” tuturnya.
Di tahun pertama penyelenggaraan ini, lanjutnya, ada sebanyak 35 hingga 40 tim yang menjadi peserta. Ia berharap, di tahun-tahun mendatang jumlah peserta bisa terus bertambah. “Besok (hari ini) masih ada festival dan siapapun silakan mendaftar langsung kami tidak batasi. Bisa langsung hadir di lokasi acara,” katanya.

Berdasarkan data AirNav, penerbangan balon udara yang dilepas tahun ini masih tinggi. Hari pertama Idulfitri, ada 74 laporan balon udara dari pilot. Jumlah itu lebih banyak dari tahun 2016 yakni ada 14 laporan, dan tahun 2017 sebanyak 63 laporan. Catatan AirNav, untuk wilayah Jawa Tengah pada 14 Juni ada 1 laporan balon udara yang dilepas ke udara, 74 balon udara pada 15 Juni, 13 balon pada 16 Juni, 5 balon pada 17 Juni, 4 balon pada 18 Juni dan 3 balon udara pada 19 Juni.
“Bahkan kemarin ada pilot yang meminta geser ke kanan atau ke kiri karena bertemu dengan balon udara. Saat ini kondisi penerbangan Indonesia masih positif, sehingga kami harap tidak ada hal-hal yang dapat merusak kondisi itu,” harapnya.

Ahmad Mufikin, salah satu peserta Festival Balon Udara dari Medono mengatakan bahwa adanya festival tersebut dapat memberikan solusi bagi masyarakat agar tetap dapat menjalankan tradisi. “Positif, karena masih bisa menjaga tradisi, namun aman bagi semua. Yang terpenting tradisi masih terjaga,” katanya.

Mengenai balon udara yang diikutsertakan dalam festival, sudah sejak awal puasa lalu disiapkan. Biaya yang dibutuhkan mencapai Rp1 juta yang berasal dari iuran pemuda  dan masyarakat. “Semoga kedepan bisa lebih  baik. Motivasi kami ikut disini adalah untuk menjaga tradisi,” tambah Mufikin.
Hal yang sama disampaikan Saparun, peserta dari Sapuro. Ia menyadari adanya  bahaya jika balon udara dilepas. Sehingga melalui festival tersebut tradisi dan budaya masyarakat tetap terjaga dan tidak serta merta dilarang. “Harapannya ini diadakan tiap tahun agar menjadi solusi bagi masyarakat,” tandasnya. (Dinkominfo Kota Pekalongan)

Berita Terkait