Deteksi Dini Bahaya Merapi, Pemdes Balerante Pasang Monitor Pemantauan 24 Jam

  • 15 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KLATEN – Pemerintah Desa Balerante, Kemalang, Klaten memasang monitor pemantauan perkembangan Gunung Merapi selama 24 jam penuh. Semua perangkat desa secara bergilir bertugas mengamati perkembangan Gunung Merapi itu melalui layar monitor yang ditempatkan di ruang tengah Balai Desa Balerante dibantu relawan dan warga.
Dengan layar monitor pemantauan Gunung Merapi itu setiap informasi bahaya erupsi bisa disebar-luaskan secara cepat sehingga masyarakat bisa antisipasi menyelamatkan diri dari kondisi buruk akibat erupsi.
Sekretaris Desa Balerante Basuki saat ditemui (Senin, 13/3/2023) di balai desa setempat mengatakan, setiap informasi bahaya Merapi bisa diketahui lebih cepat dengan adanya monitor pemantauan Gunung Merapi. Utamanya jika Merapi menunjukan tanda bahaya dan masyarakat harus segera dievakuasi.
“Layar monitor pemantauan Merapi itu sudah ada sejak 2017. Kalau ada tamu penting seperti Bupati Klaten, Kapolres atau Komandan Kodim Klaten biasanya berkumpul dan rapat bersama relawan di ruang pemantauan’’ kata Basuki.
Terkait kamera titik pemantauan, Basuki yang sudah purna tugas sebagai ASN Kecamatan Kemalang sejak 1 Desember 2022 dan melanjutkan pengabdian sebagai Sekretaris Desa Balerante itu menerangkan, kalau empat titik pemantauan Merapi bisa dilihat dalam satu layar monitor.
“Di situ kami memasang monitor pemantauan Gunung Merapi setiap saat. Jadi layar monitor ini dihubungkan dengan kamera CCTV induk Kaliurang, Jrakah, Babadan dan induk Balerante sendiri. Perkembangan Merapi bisa dipantau dari sinyal grafik dan suara. Jika garis grafiknya lebar dan suara sirine kencang meraung-raung itu tandanya aktifitas Merapi tinggi dan berbahaya,” kata Basuki.
Lalu terkait pola penyebaran informasi Merapi itu sendiri perangkat desa yang tinggal di Dukuh Kaligombyong, Balerante itu menerangkan kalau komunikasi dengan relawan di lapangan menjadi kunci membangun ketangguhan desa terhadap bencana.
“Secara berkala petugas di induk balai desa mengkonfirmasi perkembangan Merapi dengan relawan di lapangan menggunakan handytalky (HT). Misalnya data warga, anak, lansia sampai ternak sudah masuk dalam penghitungan dalam kondisi darurat. Diharapkan risiko terburuk dari bahaya Merapi bisa diantisipasi. Seperti erupsi 2010 lalu warga Balerante yang meninggal tercatat hanya seorang. Itu disebabkan karena memang warga sudah sepuh dan tidak mau dievakuasi,” pungkasnya.

Penulis: Joko Priyono Klaten
Editor: WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait