Antisipasi Wabah LSD, Temanggung Awasi Lalu Lintas Ternak

  • 30 Jan
  • yandip prov jateng
  • No Comments

TEMANGGUNG – Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Temanggung, memperketat pengawasan lalu lintas ternak dari luar daerah, sekaligus pengecekan di pasar hewan. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran wabah Lumpy Skin Disease (LSD), yang saat ini sudah menjangkit belasan hewan ternak di Temanggung.

“Di Temanggung, hingga minggu kemarin ada 14 ekor hewan ternak yang sudah terjangkit penyakit Lumpy Skin Disease (LSD). Jumlah itu tersebar di enam kecamatan, yakni di Kecamatan Bejen, Wonoboyo, Gemawang, Kandangan, Kranggan, dan Kecamatan Kedu,” kata Kepala DKPPP Temanggung, Joko Budi Nuryanto, Senin (30/1/2023).

Selain melakukan pengecekan hewan ternak milik warga, bentuk pengawasan melekat dilakukan intensif dengan menerjunkan petugas ke lapangan, guna monitoring jalur-jalur perlintasan ternak yang masuk ke pasar hewan.

“Kebanyakan ternak yang terjangkit LSD itu berada di kecamatan perbatasan, seperti Kecamatan Temanggung ini belum ada. Dari temuan itu memang hewan ternak yang positif LSD dari sana sudah membawa, atau sudah terjangkit dari daerah asalnya,” tegas Joko.

Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada para pedagang, agar lebih teliti membeli hewan ternak dari daerah lain. Sehingga, hewan sapi, maupun kerbau yang diperjualbelikan di pasar hewan di Temanggung terbebas dari penyakit LSD.

Selain itu, para peternak diharapkan berperan aktif melapor jika menemukan ternak sapi atau kerbau terjangkit LSD. Sehingga, segera dilakukan penanganan secara medis, berupa pemberian vitamin dan antibiotik, serta sterilisasi disinfektan di kandang ternak.

“Inkubasi penyakit LSD ini lebih lama dari pada PMK. Kalau PMK itu kan persis seperti Covid, 14 hari langsung ketahuan, tapi kalau LSD ini tiga minggu baru nampak gejala penyakit itu, sehingga kita tracking agak lebih lama,” terang Joko.

Ia mengatakan, penyakit LSD ditandai dengan adanya nodul-nodul di seluruh tubuh hewan (sapi dan kerbau). Hewan terinfeksi melalui gigitan vektor penghisap darah (caplak, lalat dan nyamuk). Penularan bersifat penyebaran jarak pendek, melalui serangga vektor dan penyebaran jarak jauh melalui lalu lintas ternak.

Untuk menangani penyakit ini, lanjutnya, diperlukan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang sanitasi kandang untuk meminimalisasi vektor, melalui tindakan penanganan kotoran, serta pengasapan.

“Bila ada sapi atau kerbau dengan gejala LSD, segera lapor untuk dilakukan terapi dan pisahkan dengan seksama, supaya vektor tidak bisa kontak,” tandasnya.

Penulis: MC.TMG/fr;est;sv;ekp;ysf
Editor: WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait