Terampil Saja Tak Cukup

  • 28 Jul
  • Prov Jateng
  • No Comments

Surakarta – Siapa bilang lulusan SMK masih banyak yang pengangguran? Setidaknya hal itu tidak terbukti pada alumnus SMK Negeri 4 Surakarta, di mana tiga tahun terakhir ini 100 persen lulusannya terserap di dunia kerja.

Hal itu disampaikan Kepala SMKN 4 Surakarta Drs Suyono MSi saat program Gubernur Mengajar di SMKN 4 Surakarta, Jumat (28/7). Dia menyampaikan setiap tahun hampir semua siswa dari  program studi pariwisata dan perhotelan, tata boga, tata busana, maupun tata kecantikan, mendapat pekerjaan. Kecuali mereka yang memilih untuk melanjutkan kuliah.

“Anggapan orang banyak lulusan SMK yang jadi pengangguran itu tidak berlaku di SMKN 4 Surakarta. Lulusan sudah terserap semua (ke dunia kerja), kecuali mereka yang melanjutkan kuliah. Terlebih, jurusan kecantikan itu banyak perusahaan yang meminta kepada SMKN 4 Surakarta, tapi kami kehabisan stok (lulusan),” bebernya.

Menanggapi penjelasan Suyono, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menerangkan, keberhasilan proses pendidikan tidak hanya diukur dari tingginya serapan lulusan ke dalam dunia kerja. Namun juga membentuk siswa yang benar-benar berkompeten dan siap bersaing.

“Tidak hanya cerita soal serapan sebenarnya. Tapi bagaimana sistem pendidikan kita agar siswa yang sekolah ada suatu harapan tentang masa depan. Saya punya keahlian dan saya siap berkompetisi,” jelasnya.

Orang nomor satu di Jawa Tengah menegaskan, kompetensi siswa dapat ditinjau dari pengetahuan produk (product knowledge) yang mereka miliki. Contohnya, siswa yang menggeluti program studi tata boga harus paham komposisi dan manfaat nutrisi makanan atau minuman yang mereka olah.

Saat disuguhi “bir plethok”, Ganjar pun menggunakan kesempatan tersebut untuk menguji product knowledge dari dua siswi tata boga, Galuh dan Clarissa. Alumnus UGM itu bertanya, apa saja komposisi bir plethok dan mengapa minuman rempah-rempah itu bisa disebut bir plethok.

“Kalau kamu nanti kerja di hotel, misalnya jadi chef, lalu ditanya pengunjung dari Arab, what is plethok? Bagaimana kamu menjelaskannya?” tanya Ganjar menguji.

Galuh dan Clarissa kompak menjelaskan, bir plethok adalah minuman tradisional yang komposisinya mengandung rempah-rempah seperti jahe, kayu secang, serai, uwun, dan gula jawa.

“Disebut bir plethok itu kalau orang minum sebaiknya saat minuman masih agak panas. Masih ada gelembung-gelembungnya plethok-plethok. Kalau sedang flu, minuman ini bisa lebih menghangatkan tubuh karena ada jahenya,” jelas keduanya.

Ganjar pun bertepuk tangan mendengar penjelasan gamblang dari mereka. Dia meminta siswa tidak hanya terampil, tetapi juga terus mengasah wawasan tentang passion-nya sebelum terjun ke dunia kerja.

Selain berdialog dengan siswi tata boga, Gubernur juga memperoleh pertanyaan dari siswi jurusan tata kecantikan, Rani Mustika. Rani menjelaskan, meski lulusan dari jurusan tata kecantikan sangat diminati oleh perusahaan, namun justru di SMKN 4 Surakarta, kuota siswa tata kecantikan masih minim.

“Kuota di jurusan saya kurang. Jurusan saya hanya ada dua kelas. Padahal industri selalu minta dicarikan (lulusan) dari jurusan saya. Bagaimana solusinya, Pak?” tanya Rani.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Ganjar menerangkan, pihak sekolah hendaknya menambah kelas karena kesempatan kerja bagi para siswanya terbuka lebar. Dia mencontohkan, sinergi Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Pendidikan pada Pemerintah Australia untuk menyikapi tren lapangan kerja. Menurutnya, sinergi dua kementerian itu dapat diterapkan dalam manajemen sekolah vokasi di Jawa Tengah.

Di Australia itu, imbuh gubernur, Kementerian Tenaga Kerja selalu berhubungan dengan Kementerian Pendidikan. Kementerian Tenaga Kerja akan merekam tren profesi di sana. Kalau tren profesinya teknik, seperti insinyur, maka kelas-kelas di perguruan tinggi maupun sekolah vokasi lebih banyak yang mengajarkan tentang engineering. Kalau trennya kemudian berubah, kelasnya dikurangi.

“Maka sebenarnya SMK pun harus begitu dan mengikuti tren profesi. Mumpung SMK sudah di bawah kewenangan gubernur dan pemerintah provinsi, maka mari kita desain ulang sistem informasi tentang pendidikan vokasi kita. Berapa sekolah kita, berapa jumlah gurunya, bagaimana kondisi sekolahnya, nanti kita buat analisis apakah match atau tidak,” bebernya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait