Tatap Masa Depan, Menangkan Persaingan

  • 18 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Magelang – Perubahan inovasi teknologi terjadi setiap saat, setiap jam bahkan setiap menit. Jika tidak cepat menyiapkan diri, tidak melakukan terobosan, lompatan kemajuan maupun kecerdasan bertindak, akan tertinggal dan tergulung oleh perubahan itu sendiri.

Hal itu disampaikan Presiden RI Ir Joko Widodo saat memberi sambutan pada pembukaan Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas) II Tahun 2017 dan Apel Ma’arif Nahdlatul Ulama Setia NKRI, di Lapangan Tembak Plumpungan Akademi Militer (Akmil) Kabupaten Magelang, Senin (18/9). Turut hadir dalam kegiatan bertema “Ahlussunnah Wal Jamaah an Nahdiyah, Kokohkan Karakter Generasi Bangsa” tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Gubernur Akmil Mayjen TNI Arif Rahman, Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Bupati Magelang Zaenal Arifin, Wakil Bupati Magelang M Zaenal Arifin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Ketua Lembaga Maarif Arifin Junaedi, serta pengurus NU pusat dan daerah.

Menurut presiden, persaingan antarnegara, persaingan global sekarang ini semakin sengit. Kompetisi antarnegara sekarang ini semakin menjadi-jadi dan itu merupakan tantangan-tantangan antarindividu antarnegara tantangan antarsumber daya manusia (SDM) dan antarnegara.

“Oleh sebab itu, ke depan semuanya akan beradu kompetisi, semua akan bersaing, adu kecerdasan, kreativitas, keterampilan, inovasi atau kecepatan,” katanya.

Menghadapi beragam tantangan tersebut, jika tidak ingin tertinggal, mantan Wali Kota Surakarta itu mengajak semua masyarakat beradu cepat dengan negara lain. Namun, untuk bisa memenangkan kompetisi, negara memerlukan pondasi yang sangat kuat, salah satunya pondasi karakter yang baik.

“Pramuka Maarif NU saya meyakini mampu menatap masa depan memenangkan persaingan, memenangkan kompetisi karena basic karakter itu sudah ada, dan tinggal disuntik dikit-dikit. Jaga terus ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah, memperkuatnya agar Indonesia menjadi negara yang kuat,” beber Jokowi.

Di depan sekitar 15 ribu peserta upacara, presiden mengingatkan supaya para santri dan para Pramuka Maarif NU bersiap diri menghadapi tantangan dan perubahan yang datangnya begitu cepat. Jika tidak cepat menyiapkan diri, tidak melakukan terobosan maupun lompatan kemajuan dan kecerdasan bertindak maka akan tertinggal dan tergulung oleh perubahan itu sendiri.

“Karenanya jangan pernah merasa puas dengan apa yang dicapai, terus pelajari hal-hal baru temukan hal-hal baru. Praktikkan hal-hal baru yang dapat membawa kemajuan untuk diri kita, umat, negara kesatuan yang kita cintai,” pintanya.

Dalam kesempatan tersebut, presiden juga mengingatkan tentang tantangan keterbukaan media sosial. Melalui media sosial semua orang bisa mengabarkan apa saja, yang baik-baik dikabarkan boleh, yang positif-positif dikabarkan sangat baik. Tapi juga jangan lupa di media sosial sekarang ini bertebaran yang jelek-jelek, yang negatif, fitnah, mencela, hoax atau kabar bohong itu juga menjadi tantangan ke depan.

“Itu juga menjadi tantangan kita ke depan. Selain itu kita juga dihadapkan dengan tantangan makin maraknya narkoba yang jenisnya bermacam-macam,” terangnya.

Sementara itu Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menjelaskan, intensitas konflik yang dilatarbelakangi perbedaan agama, suku, ras, juga antargolongan atau SARA di dunia internasional semakin meningkat. Perlahan namun pasti konflik di Irak, Suriah, Myanmar dan berbagai negara lain telah mereduksi komitmen kebangsaan sebagian warga indonesia.

Hal itu ditunjukkan dengan berbagai gerakan intoleran yang terjadi akhir-akhir ini. Di tengah krisis kebangsaan yang dihadapi generasi muda tersebut sebagai bentuk perjuangan ulama, pendiri dan perumus NKRI, sudah sepantasnya nilai-niilai kebangsaan berbasis agama yang dibangun para pendahulu tertanam dalam diri generasi penerus bangsa.

“Sehingga perbedaan SARA tidak dijadikan sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab sebagai komoditi untuk merusak kohesivitas kerukunan antaranak bangsa,” ucapnya.

Menurut Said Aqil, kegiatan Perwimanas 2017 hadir di saat yang tepat. Yakni saat generasi muda dihadapkan pada berbagai tantangan yang dapat mereduksi komitmen kebangsaan. Dari kegiatan yang diikuti kurang lebih 6.000 peserta dari 33 provinsi itu diharapkan dapat membentengi siswa-siswi Maarif NU dari berbagai pemahaman yang merusak tatanan berbangsa dan bernegara.

Ia menegaskan, nasionalisme sama sekali tidak bertentangaan dengan ajaran agama apapun. Nasionalisme justru merupakan bagian dari iman, rasa cinta tanah air telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari perpecahan.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait