Soto So Bikin Kangen

  • 27 Jun
  • Prov Jateng
  • No Comments

Purbalingga – Apa yang membuat seseorang rindu pulang kampung? Jawabannya bisa beragam mulai dari rindu orang tua, kerabat, hingga makanan khas daerah tersebut yang jarang dijumpai di wilayah tempat tinggalnya.

Itu pula yang membuat Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP selalu menyempatkan pulang ke Purbalingga, kampung istrinya Hj Atikoh Ganjar Pranowo setiap Lebaran, termasuk, pada hari ketiga Idul Fitri tahun ini. Tidak hanya melepas kangen dengan saudara, Ganjar pun rindu dengan kelezatan soto so khas Purbalingga.

Hal itu disampaikan Ganjar kepada wartawan di sela-sela acara Halal Bihalal Gubernur dengan Masyarakat di Pondok Pesantren Rudlotus Sholichin Desa Kalijaran, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga, Selasa (27/6). Pucuk daun so atau daun melinjo muda yang dicampur dengan rebusan kuah soto dengan rempah-rempah menambah kesegaran dan kenikmatan. Semakin nikmat dengan pelengkap kecambah, kerupuk warna-warni,  sambal, dan tempe mendoan hangat.

“Soto so bikin kangen. Soto so Bojong itu paling enak dan tidak ada duanya. Tetapi lebaran di mana pun bagi saya selalu berkesan, karena saya bisa bertemu dengan masyarakat. Warga bisa bercerita, ada berbagai masukan, dan catatan-catatan untuk kebaikan bersama,” bebernya.

Pada acara yang dihadiri Bupati Purbalingga Tasdi, Bupati Pemalang Junaedi, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono, Bupati Cilacap Tatto Suwarto, tokoh ulama, dan tokoh masyarakat itu gubernur menyampaikan, keterlibatan para tokoh dari berbagai bidang di pondok pesantren untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan melalui kuliah umum perlu diterapkan. Dengan demikian, wawasan para santri tentang ilmu agama maupun pengetahuan lainnya menjadi luas.

“Saya ingin ada kuliah umum para tokoh, seperti Kapolri, Panglima TNI, menteri, tokoh NU, Muhammadiyah, dan lainnya agar wawasan santri luas. Kalau benteng kita tidak kuat bahaya. Saya ingin dari yang kita miliki kita kembangkan kembali, sehingga kalau ada serangan dari luar akan kuat,” bebernya.

Mantan anggota DPR RI itu menjelaskan, pondok pesantren memiliki peran meningkatkan sumber daya manusia, memajukan bangsa, serta mempererat persatuan dan kesatuan. Karenanya, selain menimba ilmu agama, pengetahuan tentang nilai-nilai kebangsaan, pengetahuan umum, serta beragam keterampilan juga penting dipelajari oleh para santri.

“Alumni sudah tersebar di banyak tempat. Hal ini bisa memperkuat ukhuwah islamiyah. Saya ingin ada pendidikan lifeskill, sehingga keluar dari pondok santri punya ketrampilan hidup. Selain itu ada sekolah formal, ada laboratorium, dan perpustakaan untuk mendorong literasi santri. Kita harapkan jadi badan usaha sehingga menggelinding terus,” terangnya.

Dalam sambutannya, gubernur mengungkapkan keinginan keluarganya merevitalisasi Ponpes Rudlotus Sholichin sekaligus memohon dukungan masyarakat atas rencana tersebut. Revitalisasi ponpes peninggalan KH Hisyam Abdul Karim itu sebagai upaya meningkatkan kecerdasan para santri, baik kecerdasan spiritual maupun emosional, serta menggosok kecerdasan intelektual sehingga hubungan santri dengan masyarakat semakin baik. Di antaranya saling menolong, gotong royong, menjunjung tinggi persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari.

“Keluarga besar kami ingin merevitalisasi pondok pesantren ini, mohon dukungannya. Kurikulum disusun dengan baik, juga sarana prasarana sehingga dari generasi ketiga ponpes ini akan semakin baik. Yang penting pengelola nanti punya waktu, ilmu, dan mau. Saya ingin santri wawasannya lebih luas,” harapnya

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Ganjar juga menceritakan tentang kedatangan jamaah tablig dari Afrika Selatan yang turut menghadiri halal bihalal yang digelar di rumah orang tuanya di Kelurahan Semawung Daleman, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Senin (26/6).

“Puluhan tablig dari Afrika Selatan itu tiba-tiba datang ke rumah saya dan bercerita senang hidup di Indonesia. Betapa mereka senang merasakan suasana di Jateng, di Indonesia yang selalu rukun. Mereka sudah empat bulan keliling Indonesia,” bebernya.

Sebelum para musafir itu kembali ke negara asal, Gubernur menyampaikan tentang nilai-nilai Pancasila kepada mereka. Dia menjelaskan Indonesia itu berketuhanan atau bukan atheis, masyarakat Indonesia berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial, mengerti pentingnya persatuan, dan bagaimana hidup saling gotong-royong.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait