Perut Harus “Dikunci”

  • 29 Apr
  • Prov Jateng
  • No Comments

Kendal – Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Laoly didampingi Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Sabtu (29/4) meresmikan Lapas Klas II B Kendal sebagai Lapas Produktif Terbuka. Selain itu juga menetapkan Lapas Klas II B Terbuka Nusakambangan dan Lapas Klas II A Narkotika Nusakambangan sebagai Lapas Industri. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti di Lapas Produktif Terbuka Kendal.

Yasonna mengemukakan, program lapas terbuka sudah dirancang sejak dua tahun lalu. Program tersebut terealisasi pada 2016 melalui anggaran APBN Perubahan.  Program lapas terbuka ini tidak hanya dilakukan di Jawa Tengah, tapi juga didorong di seluruh Indonesia. Tujuan pembangunan lapas produktif dan industri terbuka untuk memberi bekal ketrampilan bagi warga binaan. Di samping itu, mengurangi tekanan kerusuhan di lapas karena mengalihkan energi warga binaan pada pekerjaan yang produktif.

“Membina tidak cukup pembinaan mental tapi juga pembinaan keterampilan, kemampuan mereka dan jadi orang-orang produktif. Jadi jangan lagi ada pandangan-pandangan negatif pada mereka,” pinta dia.

Berdasarkan pengalaman perjalanannya mengunjungi lapas di seluruh Indonesia, banyak produk hasil karya warga binaan yang bagus. Bahkan, kerajinan kapal pinisi yang ditunjukkan kepada Menteri Pemasyarakatan Georgia mendapat pujian.

“Mereka kagum atas produk-produk lapas kita. Suvenir-suvenir, kapal pinisi dan sebagainya. Ini hanya bisa dikelola dengan kerja sama banyak pihak. Maka tadi antara lain ada BNI, BRI. Kita berharap perusahaan-perusahaan lain juga memberikan CSR kepada kita, di samping APBN,” tutur Yasonna.

Hasil produksi lapas, khususnya lapas produktif, baik pertanian, perikanan maupun peternakan, bisa untuk mencukupi kebutuhan pangan penghuni lapas. Sedangkan untuk lapas industri yang antara lain memroduksi bola, sandal hotel, dan tenun, akan dibantu pemasarannya di minimarket dan supermarket.

“Hasil produksi, untuk kebutuhan lapas kami. Kan butuh sayur, terong dan sebagainya. Daripada beli di luar, kami bisa beli dulu (hasil lapas). Selebihnya kami lempar ke pasar. Jadi ini satu subsistem, di samping napinya juga dapat pendapatan,” beber menteri.

Pendapatan napi, lanjutnya, disebut sebagai premi. Premi itu dikumpulkan dan akan menjadi tabungan ketika yang bersangkutan nanti keluar.

Gubernur Ganjar Pranowo mengapresiasi upaya yang dilakukan Kementerian Hukum dan HAM yang memberi bekal keterampilan pada warga binaan. Menurutnya, skill itu penting diberikan sebagai bekal ketika mereka kembali ke masyarakat.

“Saya merasa terbantu melihat karya teman-teman, baik yang bertanggung jawab atas lembaga pemasyarakatan maupun warga binaan. Binaannya luar biasa. Transisi sudah disiapkan. Harapannya kalau mereka nanti pulang, kita tinggal menyambut,” katanya.

Ganjar membeberkan, dia pernah berdiskusi dengan Pangdam dan Kapolda mengenai kehidupan para warga binaan selanjutnya setelah keluar dari lapas. Saat itu, dia pun menyampaikan pendapat, yang utama dipikirkan adalah kebutuhan perutnya.

“Menurut saya yang mesti dapat prioritas, perutnya harus ‘dikunci’. Sehingga perutnya harus cukup,” ujar dia.

Untuk membantu proses pemasyarakatan di Jawa Tengah berhasil, imbuhnya, pihaknya berkomitmen akan memberi dukungan. Seperti studi banding teknologi pertanian dan pendampingan.

“Kita siap bantu agar kemudian proses pemasyarakatan di Jateng bisa berjalan baik. Kalau jalan baik, mereka pulang aman. Kalau aman, kita nyaman. Kalau nyaman, semua akan tumbuh subur, senang. Tapi kalau tidak aman, tidak nyaman, yang tumbuh subur kejahatan. Ini yang akan kita pegang betul dengan  pendekatan-pendekatan seperti hari ini,” tutupnya

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo

 

Berita Terkait