Kaki Gajah Tidak Bisa Diobati, Dapat Dicegah

  • 07 Oct
  • Prov Jateng
  • No Comments

Demak  – Penyakit kaki gajah atau filariasis masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Kabupaten Demak. Pasalnya, kaki gajah tak bisa diobati dan meninggalkan kaki bengkak.

Bupati Demak M Natsir mengungkapkan, wilayah kepemimpinannya itu dinyatakan sebagai salah satu endemis filariasis di tanah air. Sebuah gigitan nyamuk (yang mengandung parasit Wuchereria bancrofti) mampu membuat kaki penderitanya menjadi bengkak. Sehingga memperburuk penampilan sehari-hari.

“Kabupaten Demak dinyatakan endemis kaki gajah. Jumlah penderita kaki gajah sejak ditemukan pertama pada tahun 1995  hingga saat ini jumlah penderitanya mencapai 41 orang yang tersebar di 12 kecamatan dari 14 kecamatan se-Kabupaten Demak,” bebernya saat menghadiri acara Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) dan Gerakan Masyarakat Minum Obat Bersama untuk Keluarga Indonesia Bebas Kaki Gajah, di Lapangan Desa Jatisono, Kecamatan Gajah, Sabtu (7/10).

Natsir menambahkan, sejak tahun lalu pihaknya telah melaksanakan Belkaga. Antara lain melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masyarakat, melakukan upaya preventif dengan memberikan obat antifilariasis.

“Upaya yang telah kami lakukan di antaranya dengan memberikan obat pencegahan masalah filariasis pada penduduk sasaran. Alhamdulillah upaya tersebut bisa mencapai angka 90,3 persen dari sasaran,” ujarnya.

Tak hanya menggalakkan upaya preventif terhadap serangan filariasis, pihaknya juga mencanangkan gerakan sedekah jamban untuk mendorong Kabupaten Demak bebas buang air besar sembarangan.

“Program Indonesia sehat salah satu indikatornya adalah satu keluarga memiliki satu jamban sehat. Kami laporkan dari 249 desa/ kelurahan di Kabupaten Demak, sudah 50 desa yang bebas dari buang air besar sembarangan. Kami canangkan program ‘Demak menuju Kabupaten bebas buang air besar sembarangan’ melalui gerakan sedekah jamban,” terangnya.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Penularan Penyakit Kementerian Kesehatan HM Subuh menjelaskan, filariasis dapat ditularkan oleh gigitan dari segala jenis nyamuk. Untuk itu, Kemenkes gencar melakukan kampanye pemberian obat pencegahan massal (POPM) ke sejumlah kabupaten/ kota endemis filariasis agar pada 2020 Indonesia sudah sepenuhnya bebas filariasis.

“Pada tahun ini terdapat 150 kabupaten/ kota dari 236 kabupaten/ kota endemis penyakit kaki gajah di Indonesia yang akan melaksanakan POPM filariasis dengan target penduduk minum obat sebanyak 34,1 juta yang kita mulai pada hari ini,” tambahnya.

Menteri Kesehatan Prof Dr dr Nila Djuwita F Moeloek SpM (K) menegaskan, masyarakat harus mencegah filariasis. Pasalnya, penyakit tersebut tidak dapat diobati, melainkan hanya bisa dicegah dengan cara rutin meminum obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albendazole setiap tahun sekali, yakni pada bulan Oktober selama lima tahun berturut-berturut, agar mampu mengeliminasi kasus filariasis di tanah air.

“Kita harus eliminasi penyakit kaki gajah. Kalau kakinya sudah sebesar kaki gajah apakah bisa kita sembuh? Jawabannya tidak bisa. Kalau kita tidak bisa sembuhkan, artinya penting sekali untuk kita mencegah dengan meminum obat anti filariasis untuk mencegah kecacatan,” tegasnya.

Menkes juga mengapresiasi komitmen Bupati Demak dalam rangka pencanangan gerakan sedekah jamban.

“Kita sudah 72 tahun merdeka tapi masih ada yang tidak mempunyai jamban. Maka terima kasih sekali Pak Bupati sudah mencanangkan program sedekah jamban,” ujarnya.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menerangkan, berdasarkan hasil survei kesehatan tahun 2005, terdapat beberapa kabupaten/ kota di Jawa Tengah yang termasuk endemis filariasis. Antara lain Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Brebes, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora dan Kabupaten Pati.

“Pencanangan (Belkaga) di bulan Oktober kita harapkan bisa mengeliminasi filariasis sehingga masyarakat kita sehat. Mari kita berantas dari hulunya,” imbaunya.

Senada dengan Menkes, orang nomor satu di Jawa Tengah itu juga mengapresiasi langkah Bupati Demak yang mencanangkan gerakan sedekah jamban. Pasalnya, target pemerintah agar kabupaten/ kota di Indonesia bebas buang air besar sembarangan akan sulit dicapai apabila hanya mengandalkan alokasi APBD.

“Kita mesti kampanyekan agar mereka mau buang air besar di jamban. Perlu gerakan-gerakan inovatif, seperti Grobogan yang BPR BKK-nya punya kredit jamban. Di sini (Demak) juga ada gerakan sedekah jamban. Saya rasa itu akan jadi gerakan yang luar biasa, maka saya dukung. Karena meski APBD untuk jamban itu ada, tapi kan berapa sih kekuatannya untuk bisa menyelesaikan semuanya,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait