Ganjar Gencar Sosialisasikan Rego Pantes

  • 14 Jul
  • Prov Jateng
  • No Comments

Mungkid – “Njenengan nek adol lombok dhateng pundi?”

Pertanyaan itu yang pertama kali dilontarkan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat membuka dialog dengan ratusan petani cabai di Desa Lebak Kecamatan Grabag, Kamis (13/7).

Serempak para petani menjawab cabai hasil produksi mereka dijual ke kelompok tani dan selanjutnya dibeli tengkulak. Karena tidak menjual sendiri, disparitas harganya pun tinggi. Para petani mengaku, cabai jenis japlak atau dikenal masyarakat dengan lombok setan, di tingkat petani hanya Rp. 21.000/kg. Padahal sampai di pasar harganya mencapai Rp 50.000/kg.

Ganjar pun langsung menyosialisasikan aplikasi regopantes.com yang dikembangkan 8villages. Aplikasi tersebut akan membantu petani memangkas rantai distribusi yang panjang, sehingga mendapatkan harga yang pantas dari konsumen.

Nek saka sampeyan Rp 21.000/kg, ning peken Rp. 50.000/kg, separone ora enak tho. Pantes napa mboten? Mboten. Nek njenengan enthuk Rp 35.000/kg seneng tho mesti? Niku jenenge pantes. Ben pantes pripun. Aja lewat bakul sing kakehan. Ngagem internet aplikasi rego pantes,” urai dia.

Jika petani bersedia belajar menggunakan aplikasi tersebut, mereka bisa diajari oleh dinas terkait, atau petani yang sudah melek teknologi. Ganjar memperkenalkan, salah satu petani yang sudah melek teknologi tersebut adalah Tunov Mondro Atmodjo.

Umpami pengen wonten sing ajeng sinau, ben rada cepet, niki Mas Tunov karo kanca-kancane saged ngajari kelompok tani. Piye carane ngakses komputer, piye carane bakulan ning regopantes,” kata mantan anggota DPR RI ini.

Ganjar mengatakan, untuk belajar, satu gabungan kelompok tani cuma butuh satu orang yang bisa menggunakan teknologi. Satu orang tersebut kemudian menularkan ilmunya kepada petani lain.

Kula butuh tiyang sak gapoktan mawon ingkang gelem ngurusi, gelem komunikasi, gelem input data kados Mas Tunov. Niki nek sampun ditularke,” ujar dia.

Setelah berdialog dengan para petani cabai, Gubernur Ganjar Pranowo mengecek kegiatan pembersihan eceng gondok di Dermaga Sumurup (Danau Rawa Pening) Desa Asinan, Bawen, Kabupaten Semarang. Setelah dibersihkan sejak Januari 2017 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pembersihan eceng gondok yang tersebar seluas 820 hektare dari total luas danau 1.850 hektare dilakukan dengan menggunakan Kapal Aquatic Weed Harvester dan Kapal Dredger. Fungsinya untuk menarik, mendorong dan mengeruk eceng gondok untuk dibawa ke daratan.

Melihat banyaknya tanaman enceng gondok yang dikeruk, Gubernur Ganjar berpendapat tanaman tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik dan berbagai kerajinan, seperti sandal atau tas.

“Kita harus melihat eceng gondok sebagai potensi, bukan masalah. Ini bisa dibuat pupuk organik. Misalnya kita buat pabriknya, kemudian pupuk diberikan kepada petani yang membutuhkan dengan harga murah atau bahkan gratis. Atau untuk kerajinan,” tutur dia

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait