EASE UKSW Salatiga-KGU Jepang Diharap Meluas ke Pangan dan Energi 

  • 18 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Salatiga – Berawal dari kedatangan sejumlah mahasiswa dan dosen dari Kwansei Gakuin University (KGU) Jepang ke Indonesia dan mampir di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada 1977 untuk berdiskusi dan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, kerja sama yang diberi nama East Asia Student Encounter (EASE) terus berlanjut. Bahkan, kini kerja sama tersebut sudah menginjak 40 tahun.

Rektor UKSW Prof John A Titaley ThD menjelaskan, awalnya kerja sama yang baik itu dari kunjungan pihak Jepang. Selanjutnya, UKSW melakukan kunjungan balasan ke Jepang. Kegiatan saling mengunjungi itu terus berlangsung tanpa putus selama 40 tahun.

Kerja sama yang dijalin pun terus ditingkatkan. Mulai dari pertukaran dosen, pengiriman mahasiswa untuk mempelajari kebudayaan, program penelitian dan publikasi bersama, hingga pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Jadi suatu program yang hanya dimulai dengan pertukaran mahasiswa, meluas kepada berbagai program akademik yang berlangsung di antara kedua institusi. Saat ini sedang dipikirkan untuk dikembangkan juga program-program sosial ekonomi di antara masyarakat Jepang dan Indonesia,” bebernya saat acara Penandatanganan Prasasti 40 Tahun EASE di Kampus UKSW Salatiga, Jumat (18/8).

Hadir dalam penandatanganan prasasti tersebut, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Rektor KGU Jepang Shinyo, perwakilan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, serta kurang lebih 144 alumus EASE baik dari UKSW maupun KGU Jepang

Rektor UKSW menambahkan perluasan kerja sama yang akan dilakukan salah satunya penanganan bencana alam. Apalagi Jepang pernah mengalami bencana alam sangat besar di Kota Kobe. Sehingga dengn perluasan bidang tersebut, kerja sama dua universitas beda negara itu semakin berkembang luas dengan ujung tombak tetap pertukaran mahasiswa antaruniversitas.

John mengatakan, menandai 40 tahun kerja sama tersebut dibuatlah monumen perdamaian di tengah kampus UKSW. Tujuannya untuk mengingatkan jika kerja sama yang dijalin selama ini merupakan upaya mewujudkan perdamaian dunia,  khususnya Jepang dan Indonesia.

Pembangunan monumen setinggi kurang lebih dua meter di samping Gedung Balairung UKSW dan dilengkapi globe dan merpati putih di bagian puncaknya tersebut, sesuai logo dan misi EASE, yakni for the peace of the world atau sebuah lambang perdamaian. Selain itu, pada sisi depan dan belakang monumen terdapat logo UKSW dan KGU, sedangkan sisi kanan dan kiri tercantum nama-nama peserta program EASE dari tahun 1977.

“Apa yang membuat program ini begitu menarik sehingga para alumni punya ikatan yang begitu kuat. Kami menduga bahwa salah satu daya tarik dan begitu berkesan adalah Kota Salatiga. Kota kecil yang hubungan antarmanusia terasa akrab. Mahasiswa tidak hanya berasal dari daerah Jawa Tengah tetapi juga dari berbagai daerah di seluruh tanah air,” terangnya.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP yang juga hadir dalam acara itu mendorong perluasan kerja sama yang dijalin EASE. Tidak hanya di bidang kebudayaan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga bisa merambah pada sektor lain. Misalnya rintisan kerja sama energi baru terbarukan, maupun kerja sama di bidang pangan yang dapat menjadikan Indonesia semakin berdaulat di bidang energi dan pangan.

“Saya sedang mencoba menginisiasi di tengah riuhnya orang berbicara garam. Garam menurut saya menjadi bagian yang cukup strategis untuk kita kerja samakan. Kalaulah bisa kita selipkan siapa tahu ada minatan yang tinggi kedua perguruan tinggi atau dari mahasiswa dan dosen,” harapnya.

Ditambahkan, saat ini Indonesia juga membutuhkan transportasi massal canggih. Di Jepang sektor transportasi massal sudah sangat maju. Sehingga akan sangat bagus jika kerja sama tersebut dikembangkan di negara ini. Tidak kalah pentingnya adalah kerja sama di sektor pangan. Seperti, kerja sama pengadaan bibit tanaman pangan unggulan yang bisa dibudidayakan di Indonesia, termasuk mendeteksi kondisi cuaca.

Sebaliknya, Jepang juga bisa mempelajari mengenai manajemen kebencanaan, maupun menjaga hidup manusia lebih baik dengan cara penanggulangan bencana alam. Apalagi Jawa Tengah sudah memiliki program Desa Tangguh Bencana.

“PBB kemarin meminta Jawa Tengah merumuskan pola partisipasi kelompok difabel dalam turut serta dalam merespon persoalan bencana, dan Jawa Tengah punya pengalaman yang menarik saat terjadi bencana di Klaten,” imbuhnya.

Ganjar juga berharap kerja sama semacam itu dapat ditiru perguruan tinggi lainnya. Termasuk, meniru cara menjaga kondisi di lingkungan kampus agar tetap rukun dan damai, meski insan di dalamnya sangat beragam.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Ganjar Pranowo bersama Rektor UKSW, Rektor KGU Jepang, serta perwakilan Kedutaan Jepang melepas burung merpati bersama-sama dilanjutkan penandatangan prasasti oleh gubernur.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait